26 November 2016
Tadi pagi dapet telpon dari temen yang lagi di Padang. Cerita dah tuh,
panjang lebar. Yang sebenernya ceritanya itu ga penting. Cuma saya bisa ambil
kesimpulan, sebenarnya dia hanya butuh ada orang yang bisa di ajak bercerita.
Temen saya ini satu-satunya temen di luar guru yang sangat iri dengan
pekerjaan guru karena amalnya besar. Padahal di luar sana banyak teman-teman
saya yang iri dengan pekerjaannnya dengan gajinya yang selangit. Pernah ia
mengatakan pada saya “setidaknya pekerjaanmu tidak berhubungan dengan riba”.
Ya, ia bekerja di salah satu bank konvensional dan cukup paham perkara
riba yang ada di bank. Saat itu saya tidak terlalu menggubris pernyataan ia
yang sangat iri dengan guru selama ia belum melakukan action. Karena sebenarnya
saya yakin, banyak orang yang bekerja di bank dan paham perkara riba namun
masih ragu untuk meninggalkannya, entah takut tidak bisa mendapatkan pekerjaan
lagi ataupun takut tidak bisa dapat rezeki yang minimal setaralah dengan
gajinya saat bekerja di bank.
Di akhir telpon, saya bertanya
“Lo ngapain di Padang?”
“gw lagi ngilangin penat. Gw baru aja ngajuin surat pengunduran diri
tapi di tolak?”
“tapi kontrak lo dah abis kan?”
“Kontrak gw 3 tahun yan. Sama orangtua, sudah di izin dan gw udah
siapin uang penalti pelanggaran kontrak”
ALLAHU AKBAR. Ternyata ia serius dengan niatnya. Semoga Allah memberi
kemudahan untuk jalannya.
“Nah sekarang gw lagi mau bikin ulah yan. Biar gw di keluarin”
“WOW”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar