05 November 2016
MASA DEPAN SEKOLAH
Sudah sekitar 4 bulan kami tidak pernah makan siang di luar sekolah.
Padahal setahun sebelumnnya hampir setiap Jumat siang kami selalu keluar
sekolah hanya untuk makan siang dengan menu yang itu-itu saja, ayam bakar.
Bukan masalah makanannya tetapi lebih ke arah intensitas kami untuk berkumpul
bersama. Selain itu semenjak kantin sudah di renovasi menjadi jauh lebih baik
dan sangat baik menurut saya, membuat kami cukup betah dengan suasana dan menu
makanan bervariasi yang ada di kantin sekolah.
Jumat kemarin, seperti biasa menu pesanan kami ayam bakar dengan teh
manis kecuali saya. Saya tidak terlalu nafsu untuk makan siang, entahlah kalau
memang sedang dalam kondisi tekanan berat. Apapun yang enak dan lezat menjadi
tak ada satupun yang berselera. Namun berkumpul dengan mereka, yang membuat
saya bersemangat keluar sekolah untuk bersama mereka. Tidak ada yang spesial
saat itu selain topik obrolan kami.
“MASA DEPAN SEKOLAH”
Diawali dengan celetukan saya.
Dian : Kalian tau tak? Gw
tuh suka sedih kalau sudah jam 06.40 ...
A : Emangnya kenapa?
Dian : Abis, kalau sudah jam
segitu kalian kan masuk kelas. Gw suka sendirian di ruang guru. Dulu sih masih
ada temenya satu orang, Mom Hana. Paling enggak, ada yang bisa di ajak ngobrol.
Tapi sekarang sudah jadi wali kelas... Belom lagi, kalau kalian ada tugas wali
kelas. Bener-bener terasa sendirian. Makanya kalau ada jam wali kelas gw suka
kelayapan, masuk-masuk kelas kalian. Bodo amat dah! Dimaki-maki siswa.
B : Tenang bu,
insyallah tahun depan ibu wali kelas.
Dian : Enggak kok, gw ga
berharap jadi wali kelas. Amanahnya besar, apalagi sekolah kayak gini. Cukup
kalian aja, kalian kan kompeten banget. Lagipula uda pas banget kan gurunya.
C : Enggak!!! Justru taun
depan bakal kekurangan wali kelas. Soalnya bakal banyak yang resign bu. Jadi
mau ga mau ibu bakal jadi wali kelas.
Dian : Hegh???? Mang iya? Jangan
gitu dong, jangan pada resign.
Entah sudah sejak kapan kabar itu beredar, yang jelas saya baru
mengetahuinya jumat itu. Ya, tersiar kabar beberapa punggawa sekolah akan
resign besar-besaran. Ada yang akan di angkat menjadi PNS adapula yang ditawarkan
menjadi dekan. Sebenarnya sangat senang mendapat kabar Bapak/Ibu guru senior
mendapatkan suatu hal yang lebih baik. Hanya saja, rasanya sedih andai saja
mereka tidak berada disini lagi. Siapa yang akan membimbing kami? Siapa yang
akan mengajari kami lagi?
Jangankan guru senior, baru kemarin kehilangan satu teman yang resign
karena diangkat menjadi dosen di UNS itu
sedihnya minta ampun. Apalagi harus kehilangan guru senior yang dalam jumlah
besar? Jujur, sebenarnya di lubuk hati terkecil masih mengharap mereka tetap
ada disini. Bersama-sama membangun, berjuang, dan memperbaiki sekolah ini. Dan
hati selalu menepis dengan kenyataan itu, selalu berharap semoga masih berita
burung.
Hingga selesai makan, salah satu wakil kepala sekolah menegur saya
Pak H : Bu Dian, taun depan
jadi guru kebaharian ya?
Dian : Ya Allah Pak. Masih
belum nyerah aja ngerayu saya, hahahahaha. Nanti kalau saya ngajar kebaharian,
yang ngejar Fisika siapa?
Pak H : Ya Bu Dian juga.
Pokoknya kebaharian di pegang guru Fisika semua dah, ma Fulki juga.
Dian : Hehehehehe. Saya
pikirin lagi pak.
Pak H : Kalau ngajar sejarah bisa
tak?
Dian : Waduh pak, makin
melenceng aja saya...
Pak H : HAHAHAHAHAH
Yah dia ketawa.
Tu kan berarti bener. Bapak itu sedang mencari guru pengganti dirinya
karena beliau sendiri adalah guru sejarah. Sebenrnya masih tidak rela kalau Pak
H dan lainya harus resign. T_T. Rasanya masih baru mengenal mereka. Soalnya
tahun lalu kan ruang kerja saya pisah dengan mereka. Jadi tidak pernah ngobrol
dengan mereka. Dan sekarang ketika semua ruang kerja sudah bergabung menjadi
satu, justru satu persatu mulai meninggalkan.
Satu hal yang saya suka dari sekolah ini yaitu guru-guru seniornya
selalu siqoh terhadap guru-guru yang masih muda. Karena biasanya guru senior
itu takut sekolahnya kenapa-kenapa kalau di pegang oleh orang baru. Tapi
semenjak kepengurusan baru, kini guru muda mulai didayagunakan. Di mulai dengan
Ujian Semester Ganjil ini, hampir seluruh panitia ujian adalah guru muda.
Sebenarnya sih seneng banget, ketika kami mulai didayagunakan kami akan memulai
belajar hal baru. Tapi seolah terlihat kode keras, supaya kami siap di
tinggalkan mereka.
Bicara siqoh. Baru kali ini saya menemukan tempat, dimana personilnya
open minded dan memberikan kepercayaan berlebih terhadap orang baru. Karena
saya dan rekan-rekan saya, dahulu pernah merasakan bagaimana rasanya mengalami
krisis kepercayaan ketika ada di BEMJ. Sampai-sampai harus ada intel yang harus
terus mengawasi kami.
Ya, tidak ada tempat yang memberi pelajaran lebih, selain di sini. Walaupun
orang yang di dalamnya banyak yang merasa kurang berkembang berada disini. Tapi
justru yang saya lihat, orang-orang yang ada disana adalah orang-orang yang
berkompeten.
Dan yang unik, walaupun sekolah ini binaanya TNI-AL tapi serasa sekolah
alliyah. Guru agama kuat, rohisnya pun kuat. Bahkan ketua rohis se Jakarta
Selatan pun ada disini, ya di sini, di sekolah swasta yang katanya tidak ada
apa-apanya.
Jumat itu kami banyak merenung.
1.
Apakah kami bisa? Menjaga ruhiyah mereka
2.
Apakah kami bisa? Merubah akhlak buruk mereka
3.
Apakah kami bisa? Menangani kasus mereka
4.
Apakah kami bisa? Menyakini orangtua mereka
5.
Dan apakah kami bisa? Mengantarkan ke mimpi-mimpi
mereka
Bisa, bisa, pasti bisa. Ya sudah saatnya, yang muda yang berprestasi,
yang muda yang berusaha dan yang muda yang berkarya. Semangat GMHT kita pasti
bisa. Apapun yang terjadi di tahun depan, semoga memberi pelajaran yang berbaik untuk kita.
Haaaa.... masih ga mau kalau di tinggalin.
#CatatanHatiSeorangGuru8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar