25 November 2016
Alhamdulillah, ini kali pertama saya bisa melewati peringatan hari guru
di dua sekolah. Jika selama ini saya selalu kesulitan membagi waktu untuk dua
sekolah, kali ini Allah memudahkan saya untuk bisa menghadiri keduanya.
Diawali dengan upacara bendera di SMA. Semenjak pergantian kepengurusan
sekolah baru yang dipegang oleh kepala sekolah yang berasal dari guru sendiri,
kini sekolah makin terasa hidup di banding sebelumnya saat di pegang orang
yayasan yang berasal dari pensiun TNI. Bayangkan, satu tahun pelajaran tidak
pernah ada peringatan upacara bendera memperingati hari-hari besar nasional
kecuali upacara kemerdekaan. Agar miris juga, sekolah binaan militer tapi tidak
ada jiwa nasionalisnya.
Tahun ini, tahun pertama kalinya saya mengikuti peringatan HUT PGRI di
SMA. Sebenarnya tidak ada yang berbeda jika di bandingkan dengan peringatan
hari guru saat saya masih sekolah yaitu upacara dimana petugasnya adalah guru,
lalu pemberian bunga boneka kue, pelepasan balon udara, persembahan siswa untuk
guru dan nominasi guru ter ter ter.
Walaupun saya tidak menjadi juara untuk guru ter ter, tapi ternyata
saya masuk nimonasi guru termodis lhoooo.... hahahahha sumpah ga penting
banget. Lalu saat upacara, saya menjadi wali kelas cabutan. Berhubung wali
kelas XI-IPS-1 berhalangan hadir, akhirnya oleh pak Hamidi saya dipaksa jadi
wali kelas yang bertugas menjadi ketua kelas untuk laporan upacara. Hah~ untung
dapetnya anak IPS yang kelas XI kalo dapet yang kelas X atau XII, sumpah saya
bakal cengok di kelas X trus kalo kelas XII saya bakal di sinisin ma siswa
perempuannya.
Intinya sih dari keselurahn acara di SMA, kita seneng-seneng bareng. Ini
untuk pertama kalinya guru di atur oleh murid. Thanks all.
Alhamdulillah, ternyata KBM selesai setelah sholat jum’at yang membuat
saya bisa menghadiri peringatan hari guru di SMK. Sebenarnya kegiatan sudah di
mulai dari pagi hari yaitu dengan upacara bendera kemudian untuk siswa SMK
kegiatan surprise untuk gurunya di laksanakan mulai pukul 13.30.
Secara keseluruhan tidak ada yang berbeda dengan rangkaian acara di SMA
bahkan bisa di bilang sama persis. Oh iya, disini saya masuk dalam nominasi
guru terfavorit, yang katanya sih saya mendapat juara dalam katagori ini. Namun
karena suatu dan lain hal, berhubung semenjak pagi saya tidak hadir di SMK maka
juara katagori guru terfavorit dialihkan ke guru lain dengan alasan untuk
mengantisipasi saya yang tidak bisa hadir. Tidak masalah bagi saya, karena yang
saya lakukan bukan untuk itu tetapi untuk memenuhi janji kepada anak-anak,
hadir dalam acara tersebut.
Jika di SMA diwarnai dengan riang gembira, di SMK saya justru
satu-satunya yang berderai air mata. Iya, hanya saya saja. Disaat guru lain
riang gembira, saya justru berurai air mata. Hemmmmffff, saya pikir menangis di
depan umum saat di BEMJ dahulu adalah yang pertama dan terakhir kalinya tapi kenyataan
berkata lain. Ini kedua kalinya saya menangis di depan umum dan dilihat
beratus-ratus siswa dan guru. Kalau dahulu saya menangis karena beratnya beban
yang saya pikul sehingga memutuskan untuk tidak melanjutkan BEMF maka kali ini
saya menangis karena amanah yang tak tertunaikan.
Amanah? Amanah apa? Iya, amanah saya sebagai wali kelas X-AP-5. Saat itu
siswa X-AP-5 perform tarian daerah Jakarta. Tiba-tiba salah satu guru memaksa
saya keruang guru agar saya bersedia membantu mendistribusikan makan siang.
Reflek saja saya tolak, apa kata anak saya. Ketika mereka tampil saya justru
pergi meninggalkan mereka, bagaimana perasaan mereka.
Entah bagaimana ceritanya, ketika mereka tampil justru bayang-bayang
amanah saya muncul bak layar film. Satu persatu muncul dan satu persatu tak
tertunaikan. Satu yang membuat saya marah pada diri saya yaitu saya tidak
pernah ada untuk mereka tetapi mereka justru selalu menjaga nama baik saya.
Mereka tidak pernah membuat masalah, mereka selalu belajar dan mereka selalu
aktif membawa nama baik sekolah. Sedangkan saya??? apa yang sudah saya lakukan
untuk mereka. Bahkan semalam saat mereka memohon saya untuk mengikuti upacara
di SMK, saya pun menolaknya. Padahal mereka sangat mengharapkan itu.
Dari lima kelas sepuluh yang ada, merekalah kelas terbaik yang pernah
ada. Dan saya tahu semua wali kelas dari kelas sepuluh sampai dua belas sangat
iri dengan saya karena tanpa melakukan apapun ternyata kelas saya sangat
terkondisikan dan berprestasi. Sampai salah satu guru pernah berkata yang cukup
menhunus hati “Iya, kelas X-AP-5 kelas ga pernah buat masalah trus nurut lagi,
padahal wali kelasnya sendiri ga pernah nasehatiin kan??? Iya, kan? Kamu ga
pernah nasehatin kan?” sambil menunjuk saya di muka umum. Ya, kadang kejujuran
itu menyakitkan, tapi itulah apa adanya.
Mereka sekolah seminggu 6 hari namun saya hanya dapat menemani mereka 2
hari. Itu pun saya tidak pernah melakukan apa-apa, kecuali hanya mengingatkan
untuk selalu sholat dzuhur. Sisanya? Mereka selalu menyelesaikan urusan sekolah
dan kepentingan belajar secara mandiri.
#CatatanHatiSeorangGuru10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar