Sabtu, 26 November 2016

HUT PGRI tahun ini



25 November 2016

Alhamdulillah, ini kali pertama saya bisa melewati peringatan hari guru di dua sekolah. Jika selama ini saya selalu kesulitan membagi waktu untuk dua sekolah, kali ini Allah memudahkan saya untuk bisa menghadiri keduanya.

Diawali dengan upacara bendera di SMA. Semenjak pergantian kepengurusan sekolah baru yang dipegang oleh kepala sekolah yang berasal dari guru sendiri, kini sekolah makin terasa hidup di banding sebelumnya saat di pegang orang yayasan yang berasal dari pensiun TNI. Bayangkan, satu tahun pelajaran tidak pernah ada peringatan upacara bendera memperingati hari-hari besar nasional kecuali upacara kemerdekaan. Agar miris juga, sekolah binaan militer tapi tidak ada jiwa nasionalisnya.

Tahun ini, tahun pertama kalinya saya mengikuti peringatan HUT PGRI di SMA. Sebenarnya tidak ada yang berbeda jika di bandingkan dengan peringatan hari guru saat saya masih sekolah yaitu upacara dimana petugasnya adalah guru, lalu pemberian bunga boneka kue, pelepasan balon udara, persembahan siswa untuk guru dan nominasi guru ter ter ter.

Walaupun saya tidak menjadi juara untuk guru ter ter, tapi ternyata saya masuk nimonasi guru termodis lhoooo.... hahahahha sumpah ga penting banget. Lalu saat upacara, saya menjadi wali kelas cabutan. Berhubung wali kelas XI-IPS-1 berhalangan hadir, akhirnya oleh pak Hamidi saya dipaksa jadi wali kelas yang bertugas menjadi ketua kelas untuk laporan upacara. Hah~ untung dapetnya anak IPS yang kelas XI kalo dapet yang kelas X atau XII, sumpah saya bakal cengok di kelas X trus kalo kelas XII saya bakal di sinisin ma siswa perempuannya.

Intinya sih dari keselurahn acara di SMA, kita seneng-seneng bareng. Ini untuk pertama kalinya guru di atur oleh murid. Thanks all.

Alhamdulillah, ternyata KBM selesai setelah sholat jum’at yang membuat saya bisa menghadiri peringatan hari guru di SMK. Sebenarnya kegiatan sudah di mulai dari pagi hari yaitu dengan upacara bendera kemudian untuk siswa SMK kegiatan surprise untuk gurunya di laksanakan mulai pukul 13.30.

Secara keseluruhan tidak ada yang berbeda dengan rangkaian acara di SMA bahkan bisa di bilang sama persis. Oh iya, disini saya masuk dalam nominasi guru terfavorit, yang katanya sih saya mendapat juara dalam katagori ini. Namun karena suatu dan lain hal, berhubung semenjak pagi saya tidak hadir di SMK maka juara katagori guru terfavorit dialihkan ke guru lain dengan alasan untuk mengantisipasi saya yang tidak bisa hadir. Tidak masalah bagi saya, karena yang saya lakukan bukan untuk itu tetapi untuk memenuhi janji kepada anak-anak, hadir dalam acara tersebut.

Jika di SMA diwarnai dengan riang gembira, di SMK saya justru satu-satunya yang berderai air mata. Iya, hanya saya saja. Disaat guru lain riang gembira, saya justru berurai air mata. Hemmmmffff, saya pikir menangis di depan umum saat di BEMJ dahulu adalah yang pertama dan terakhir kalinya tapi kenyataan berkata lain. Ini kedua kalinya saya menangis di depan umum dan dilihat beratus-ratus siswa dan guru. Kalau dahulu saya menangis karena beratnya beban yang saya pikul sehingga memutuskan untuk tidak melanjutkan BEMF maka kali ini saya menangis karena amanah yang tak tertunaikan.

Amanah? Amanah apa? Iya, amanah saya sebagai wali kelas X-AP-5. Saat itu siswa X-AP-5 perform tarian daerah Jakarta. Tiba-tiba salah satu guru memaksa saya keruang guru agar saya bersedia membantu mendistribusikan makan siang. Reflek saja saya tolak, apa kata anak saya. Ketika mereka tampil saya justru pergi meninggalkan mereka, bagaimana perasaan mereka.

Entah bagaimana ceritanya, ketika mereka tampil justru bayang-bayang amanah saya muncul bak layar film. Satu persatu muncul dan satu persatu tak tertunaikan. Satu yang membuat saya marah pada diri saya yaitu saya tidak pernah ada untuk mereka tetapi mereka justru selalu menjaga nama baik saya. Mereka tidak pernah membuat masalah, mereka selalu belajar dan mereka selalu aktif membawa nama baik sekolah. Sedangkan saya??? apa yang sudah saya lakukan untuk mereka. Bahkan semalam saat mereka memohon saya untuk mengikuti upacara di SMK, saya pun menolaknya. Padahal mereka sangat mengharapkan itu.

Dari lima kelas sepuluh yang ada, merekalah kelas terbaik yang pernah ada. Dan saya tahu semua wali kelas dari kelas sepuluh sampai dua belas sangat iri dengan saya karena tanpa melakukan apapun ternyata kelas saya sangat terkondisikan dan berprestasi. Sampai salah satu guru pernah berkata yang cukup menhunus hati “Iya, kelas X-AP-5 kelas ga pernah buat masalah trus nurut lagi, padahal wali kelasnya sendiri ga pernah nasehatiin kan??? Iya, kan? Kamu ga pernah nasehatin kan?” sambil menunjuk saya di muka umum. Ya, kadang kejujuran itu menyakitkan, tapi itulah apa adanya.

Mereka sekolah seminggu 6 hari namun saya hanya dapat menemani mereka 2 hari. Itu pun saya tidak pernah melakukan apa-apa, kecuali hanya mengingatkan untuk selalu sholat dzuhur. Sisanya? Mereka selalu menyelesaikan urusan sekolah dan kepentingan belajar secara mandiri.

Mungkin di hati atau pikiran mereka mengatakan saya adalah wali kelas tak berguna. Tapi tak secuil kata keluhan keluar dari mulut mereka atau protes langsung atau cerita ke guru lain tentang diri saya. terimakasih untuk segalanya untuk sikap kalian dan perhatian lebih kalian. Maaf beribu maaf yang hanya dapat ucapkan ke kalian.


#CatatanHatiSeorangGuru10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar