27 November 2016
Diam-diam,
ada yang kerap menyebut namamu dalam do'a
menjagamu lewat doanya
namun berusaha menolak rindu
Mengubah rasa yang sempat ada
menjadi tawar sebab bukanlah haknya
lantas, tatkala tak sengaja bersua
ia mencoba biasa saja
tak menampilkan apa yang ada di hatinya
Keinginan itu menggebu dan sulit di takhlukkan
terkadang, terbesit dalam ingatan
ingin seperti orang lain pada umumnya
berbagi kasih sayang dan cinta
tanpa peduli ilmu hati yang pernah di pelajari
Namun, imannya mencengkeram kuat
hingga takutlah dirinya terhadap keinginan itu
Ia sangat malu sebab sempat berkeinginan jauh
berandai-andai
andai jadi milikku
andai aku bersamanya
andai aku menikah dengannya
andai kelak menempuh suka duka bersamanya
andai... andai ... berakhir lalai
rasa malunya menjadikannya tunduk dalam doa
bukan meminta agar di dekatkan pada kecenderungan hatinya
ia meminta agar hati yang sempat lalai itu kenbali terjaga
tertaih ia merindu
tergopoh-gopoh mengiba kepada Allah untuk dikuatkan
Hingga pada masanya nanti
perasaan yang terjadi
sebab tak tunduknya pandangan mata itu
benar-benar kembali ketitik semula
tanpa rasa ...
Kehidupan tidak mengharuskan aku untuk menjadi yang terbaik. Tetapi supaya aku berusaha sebaik-baiknya
Sabtu, 26 November 2016
Seluruh Nafas Ini - Last Child Giselle
Kita telah lewati rasa yang pernah mati
Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
Tanpa kita mencari jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku
Di saat ku tertatih tanpa kau di sini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
Tanpa kita mencari jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku
Di saat ku tertatih tanpa kau di sini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
TOTALITAS HIJRAH
26 November 2016
Tadi pagi dapet telpon dari temen yang lagi di Padang. Cerita dah tuh,
panjang lebar. Yang sebenernya ceritanya itu ga penting. Cuma saya bisa ambil
kesimpulan, sebenarnya dia hanya butuh ada orang yang bisa di ajak bercerita.
Temen saya ini satu-satunya temen di luar guru yang sangat iri dengan
pekerjaan guru karena amalnya besar. Padahal di luar sana banyak teman-teman
saya yang iri dengan pekerjaannnya dengan gajinya yang selangit. Pernah ia
mengatakan pada saya “setidaknya pekerjaanmu tidak berhubungan dengan riba”.
Ya, ia bekerja di salah satu bank konvensional dan cukup paham perkara
riba yang ada di bank. Saat itu saya tidak terlalu menggubris pernyataan ia
yang sangat iri dengan guru selama ia belum melakukan action. Karena sebenarnya
saya yakin, banyak orang yang bekerja di bank dan paham perkara riba namun
masih ragu untuk meninggalkannya, entah takut tidak bisa mendapatkan pekerjaan
lagi ataupun takut tidak bisa dapat rezeki yang minimal setaralah dengan
gajinya saat bekerja di bank.
Di akhir telpon, saya bertanya
“Lo ngapain di Padang?”
“gw lagi ngilangin penat. Gw baru aja ngajuin surat pengunduran diri
tapi di tolak?”
“tapi kontrak lo dah abis kan?”
“Kontrak gw 3 tahun yan. Sama orangtua, sudah di izin dan gw udah
siapin uang penalti pelanggaran kontrak”
ALLAHU AKBAR. Ternyata ia serius dengan niatnya. Semoga Allah memberi
kemudahan untuk jalannya.
“Nah sekarang gw lagi mau bikin ulah yan. Biar gw di keluarin”
“WOW”
HUT PGRI tahun ini
25 November 2016
Alhamdulillah, ini kali pertama saya bisa melewati peringatan hari guru
di dua sekolah. Jika selama ini saya selalu kesulitan membagi waktu untuk dua
sekolah, kali ini Allah memudahkan saya untuk bisa menghadiri keduanya.
Diawali dengan upacara bendera di SMA. Semenjak pergantian kepengurusan
sekolah baru yang dipegang oleh kepala sekolah yang berasal dari guru sendiri,
kini sekolah makin terasa hidup di banding sebelumnya saat di pegang orang
yayasan yang berasal dari pensiun TNI. Bayangkan, satu tahun pelajaran tidak
pernah ada peringatan upacara bendera memperingati hari-hari besar nasional
kecuali upacara kemerdekaan. Agar miris juga, sekolah binaan militer tapi tidak
ada jiwa nasionalisnya.
Tahun ini, tahun pertama kalinya saya mengikuti peringatan HUT PGRI di
SMA. Sebenarnya tidak ada yang berbeda jika di bandingkan dengan peringatan
hari guru saat saya masih sekolah yaitu upacara dimana petugasnya adalah guru,
lalu pemberian bunga boneka kue, pelepasan balon udara, persembahan siswa untuk
guru dan nominasi guru ter ter ter.
Walaupun saya tidak menjadi juara untuk guru ter ter, tapi ternyata
saya masuk nimonasi guru termodis lhoooo.... hahahahha sumpah ga penting
banget. Lalu saat upacara, saya menjadi wali kelas cabutan. Berhubung wali
kelas XI-IPS-1 berhalangan hadir, akhirnya oleh pak Hamidi saya dipaksa jadi
wali kelas yang bertugas menjadi ketua kelas untuk laporan upacara. Hah~ untung
dapetnya anak IPS yang kelas XI kalo dapet yang kelas X atau XII, sumpah saya
bakal cengok di kelas X trus kalo kelas XII saya bakal di sinisin ma siswa
perempuannya.
Intinya sih dari keselurahn acara di SMA, kita seneng-seneng bareng. Ini
untuk pertama kalinya guru di atur oleh murid. Thanks all.
Alhamdulillah, ternyata KBM selesai setelah sholat jum’at yang membuat
saya bisa menghadiri peringatan hari guru di SMK. Sebenarnya kegiatan sudah di
mulai dari pagi hari yaitu dengan upacara bendera kemudian untuk siswa SMK
kegiatan surprise untuk gurunya di laksanakan mulai pukul 13.30.
Secara keseluruhan tidak ada yang berbeda dengan rangkaian acara di SMA
bahkan bisa di bilang sama persis. Oh iya, disini saya masuk dalam nominasi
guru terfavorit, yang katanya sih saya mendapat juara dalam katagori ini. Namun
karena suatu dan lain hal, berhubung semenjak pagi saya tidak hadir di SMK maka
juara katagori guru terfavorit dialihkan ke guru lain dengan alasan untuk
mengantisipasi saya yang tidak bisa hadir. Tidak masalah bagi saya, karena yang
saya lakukan bukan untuk itu tetapi untuk memenuhi janji kepada anak-anak,
hadir dalam acara tersebut.
Jika di SMA diwarnai dengan riang gembira, di SMK saya justru
satu-satunya yang berderai air mata. Iya, hanya saya saja. Disaat guru lain
riang gembira, saya justru berurai air mata. Hemmmmffff, saya pikir menangis di
depan umum saat di BEMJ dahulu adalah yang pertama dan terakhir kalinya tapi kenyataan
berkata lain. Ini kedua kalinya saya menangis di depan umum dan dilihat
beratus-ratus siswa dan guru. Kalau dahulu saya menangis karena beratnya beban
yang saya pikul sehingga memutuskan untuk tidak melanjutkan BEMF maka kali ini
saya menangis karena amanah yang tak tertunaikan.
Amanah? Amanah apa? Iya, amanah saya sebagai wali kelas X-AP-5. Saat itu
siswa X-AP-5 perform tarian daerah Jakarta. Tiba-tiba salah satu guru memaksa
saya keruang guru agar saya bersedia membantu mendistribusikan makan siang.
Reflek saja saya tolak, apa kata anak saya. Ketika mereka tampil saya justru
pergi meninggalkan mereka, bagaimana perasaan mereka.
Entah bagaimana ceritanya, ketika mereka tampil justru bayang-bayang
amanah saya muncul bak layar film. Satu persatu muncul dan satu persatu tak
tertunaikan. Satu yang membuat saya marah pada diri saya yaitu saya tidak
pernah ada untuk mereka tetapi mereka justru selalu menjaga nama baik saya.
Mereka tidak pernah membuat masalah, mereka selalu belajar dan mereka selalu
aktif membawa nama baik sekolah. Sedangkan saya??? apa yang sudah saya lakukan
untuk mereka. Bahkan semalam saat mereka memohon saya untuk mengikuti upacara
di SMK, saya pun menolaknya. Padahal mereka sangat mengharapkan itu.
Dari lima kelas sepuluh yang ada, merekalah kelas terbaik yang pernah
ada. Dan saya tahu semua wali kelas dari kelas sepuluh sampai dua belas sangat
iri dengan saya karena tanpa melakukan apapun ternyata kelas saya sangat
terkondisikan dan berprestasi. Sampai salah satu guru pernah berkata yang cukup
menhunus hati “Iya, kelas X-AP-5 kelas ga pernah buat masalah trus nurut lagi,
padahal wali kelasnya sendiri ga pernah nasehatiin kan??? Iya, kan? Kamu ga
pernah nasehatin kan?” sambil menunjuk saya di muka umum. Ya, kadang kejujuran
itu menyakitkan, tapi itulah apa adanya.
Mereka sekolah seminggu 6 hari namun saya hanya dapat menemani mereka 2
hari. Itu pun saya tidak pernah melakukan apa-apa, kecuali hanya mengingatkan
untuk selalu sholat dzuhur. Sisanya? Mereka selalu menyelesaikan urusan sekolah
dan kepentingan belajar secara mandiri.
#CatatanHatiSeorangGuru10
Sabtu, 12 November 2016
X-IPA-3
12 November 2016
Sekalinya berhasil membangun suasana belajar di X-IPA-3. Tiba-tiba
GLEDAAARRRRR, mungkin petir Jumat itu menyambar instalasi listrik sekolah
sehingga seluruh jaringan listrik di sekolah lumpuh total. Jumat pukul 14.30,
walaupun hari masih siang namun tampak gelap karena hujan deras sehingga hari
pun serasa malam.
X-IPA-3 adalah kelas yang sangat sulit untuk di ajak belajar, ketika
masuk kelas intensitas marahnya jauh lebih besar dibandingkan kegiatan
belajarnya. Karena itu ketika saya merasa berhasil membangun semangat belajar
mereka, mati listrik seolah musibah besar bagi saya. saat itu saya merasa jerih
payah saya menjadi sia-sia.
Berbagai usaha saya jalani agar siswa tetap semangat belajar. Saya mencoba
mengkondisikan kelas dengan membuka seluruh horden dan pintu kelas agar ada
sedikit cahaya yang menerangi ruang kelas. Baru membuka satu horden, tiba-tiba
kilat muncul dengan suara menggelajar hingga membuat kami istigfar berkali-kali
bahkan ruang ruang kelas yang kami tempati agak sedikit bergetar. Akhirnya kami
mengurungkan niat kami untuk membuka horden dan pintu.
Saat itu saya sudah hopeless
, mungkin ini ujian saya kembali agar saya kedepannya bisa semangat membangun
suasana belajar di X-IPA-3. Akhirnya, sayapun menyerah dan memutuskan untuk
keluar kelas untuk melihat kondisi kelas yang lain. Saya lihat, ternyata
seluruh kelas mati listrik semua namun ruang guru tidak. Dan saya mencoba
melaporkan, mungkin saja bisa di akali sehingga saya tetap bisa melakukan
kegiatan belajar.
Setelah melapor saya lihat, kelas lain sudah mulai tidak kondusif. Siswa-siswa
sudah mulai berkeliaran di luar kelas tapi kelas X-IPA-3 tidak ada satupun yang
keluat kelas. Dalam hati kecil saya, “ah paling ni anak-anak masih ketakutan
gara-gara petir tadi”. Tapi, begitu saya membuka pintu kelas. Jeng jeng jeng,
anak-anak masih tenang mengerjakan tugas yang saya berikan.
Itu pertama kalinya saya terharu melihat X-IPA-3, ternyata mereka masih
tetap semangat belajar dengan menggunakan ‘flashlight’ dari HP mereka
masing-masing. Langsung saja, saya mengabadikan kejadian demikian. Untuk mengingatkan
saya, sebandel-bandelnya mereka. Ternyata ada suatu keadaan dimana mereka tetap
semangat belajar walau bagaimanapun kondisinya.
Hah! lama kelamaan ini blog jadi diary kegiatan ngajar saya. hahahhaha.
Ya habis mau bagaimana lagi, sehari 24 jam, 11 jam saya habiskan untuk bersama
anak-anak, 4 jam perjalanan pulang pergi, 5 jam tidur, 1 jam ibadah, dan 3 jam
lainnya kadang nulis-nulis beginian kadang twitteran kadang instagraman kadang
nyuci kadang gosok kadang ngegalau hahahahha, suka-sukalah. Jadi wajar kalau
cerita saya hampir seluruhnya tentang sekolah. hehhehehe
#CatatanHatiSeorangGuru9
Langganan:
Postingan (Atom)