Orang terluka kurang suka membahas persoalan. Mereka tak tertarik untuk memperbincangkan akar masalah. Yang mereka tahu hanyalah bahwa mereka kesakitan. Rasa sakit itu disebabkan seseorang telah menyentuh luka mereka, entah dengan cara apa. Mereka selalu memandang dirinya sebagai KORBAN. Rasanya pedih. Dan bagi mereka, Orang-oranglah yang salah. SELESAI
Lebih lajut, orang teluka tak selalu suka belajar dari orang lain. Itu akibat dari menggagap bahwa orang lain bersalah dan menyakiti dirinya. Dia enggan bertindak. Dia tak bergairah melakukan sesuatu untuk menghadapi berbagai masalahnya dan memecahkannya. Ya karena dia mengagap semua ini bukan salahnya…
Seharusnya orang lain yang telah menyakitinya itu yang bertindak terlebih dahulu.
Seharusnya mereka yang meminta MAAF.
Seharusnya mereka yang memberi hadiah.
Seharusnya mereka yang mengerjakan tugas. Seharusnya mereka yang menanggung biaya.
Seharusnya mereka…
Begitulah…
Apakah kita termasuk orang yang terluka???
Kemana perginya orang-orang terluka?
Awal-awal orang terluka akan menjadi pengecut yang memalukan. Mereka adalah orang yang jika berkata maka berdusta, jika berjanji maka ingkar, jika dipercaya maka berkhianat, jika berembug maka menjilat dan jika bertengkar maka tindakannya melampaui batas.
Disaat lain. Orang-orang terluka menjadi para pengeluh yang fasih dan penuh penjiwaan. Adapun orang-orang terluka suka mengeluh pada manusia. Padahal SEMBARANG MENGELUH ITU BERBAHAYA. Seperti kisah tentang seorang ibu yang baik di keluarga penjahit.
Satu hari seorang ibu yang baik hati berbelanja ke pasar kota, dan dibelikannya celana panjang untuk anak lelakinya tercinta. Seusai belanja, dia bergegas pulang. Sang anak dengan suka cita mencoba celana itu sementara sang ibu pergi ke dapur membereskan belanjaan dan mempersiapkan makan malam. Tak berapa lama, terdengar teriakan keras.
“Ibu ini bagaimana sih? Masak beliin aku celana kepanjangan begini! Kan jelek banget kelihatannya!”
“Ooh… tapi lingkar pinggangnya gimana, kebesaran nggak?”
“Ya enggak. Tapi kalau kepanjangan begini aku nggak mau pakai!”
“Berapa senti lebihnya?”
“Sepuluh senti!”
Remaja tanggung belasan tahun itu sepertinya pergi keluar. Pintu depan terdengar dibanting. Sang ibu geleng-geleng kepala. Tak ingin mendengar omelan putranya lagi, dia bergegas menuju ruang kerja suaminya yang seorang penjahit. Diambilnya gunting. Lalu kres, kres, kres. Dipotongnya ujung bawah celana itu sesuai ukuran lebih yang disebutkan anaknya. Lalu dengan jarum dan benang, celana bahan berwarna hitam itu di-sum ujungnya. “Beres,” katanya sambil tersenyum
Si anak lelaki pergi ke halaman samping. Di sana ada kakak perempuannya yang sedang merawat kaktus-kaktus koleksinya. Di beberapa pot lain juga ada kamboja Jepang, bonsai dari pohon serut, dan aneka bunga.
“Kok cemberut?” Tanya sang kakak sambil tersenyum. “Kenapa?”
“Ibu tuh mbak. Masak beliin celana nggak ngerti ukuranku. Kepanjangan sepuluh senti. Jelek banget dilihatnya!”
“Oh, gitu aja ngambek. Perbaiki sendiri kan bisa. Sana gih, daripada nggak jelas gitu!”
Malas ah. Mau main bola dulu ke lapangan.”
Si adik berlalu menuju garasi. Sang kakak yang telah selesai merawat tanaman hiasnya segera menuju ruang dalam. Melewati ruang kerja ayahnya yang kosong, dilihatnya ada celana baru. “oh itu celana yang kepanjangan,” gumamnya. Disempatkannya memeriksa sejenak. Lalu gunting pun beraksi, kres, kres, kres. Tak lupa dijahit ulangnya ujung celana itu dengan jarum dan benang yang tersedia.
Si adik kini sudah duduk di jok sepeda motor bebeknya. Dicarinya kunci kontak. Tidak ada. Kuncinya pasti dibawa kakak lelakinya. Ditemuinya si kakak di kamar tidur.
“Mas,” katanya sambil mengguncang bahu kakaknya. “Pinjam motor dong!”
“Mau ke mana?” Tanya si kakak sambil mengucek mata.
“Main bola!”
“Jiah… tumben anak cemen mau main bola!”
“Yah, daripada suntuk di rumah gara-gara dibeliin celana kepanjangan sepuluh senti!”
Kakaknya tertawa. “Siapa yang beliin?”
“Ibu”
“Ya udah buat aku aja kalau kepanjangan.”
“Enak aja. Kan bisa diperbaiki. Lagian lingkar pinggangnya pas kok.”
“Tuh, kuncinya di meja.”
“OK deh.”
Si kakak menggeliat lalu bangun dari pembaringan. Tidur siangnya sudah cukup. Agak sempoyongan dia bangun dan menuju kamar mandi. Sempat mampir ruang makan dan menyambar pisang goreng, dia melirik sekilas ke ruang kerja ayahnya yang terbuka. “Oh itu celana yang kepanjangan,” gumamnya. Dengan gontai dia menuju ke arah celana itu. Sambil sesekali masih menguap dan matanya terasa berat, diambilnya gunting dan, kres, kres, kres. Dipotongnya celana itu sepuluh senti. Dijahit ulang ujungnya. Dan beres. Sang kakak pergi mandi.
Si adik baru akan menyalakan motor ketika sang ayah muncul dari pintu pagar. Agaknya pulang dari rumah tetangga.
“Mau ke mana?”
“Main bola Pak!”
“Eh, sebentar. Bapak mau pakai motornya dulu. Mau beli kancing hias untuk baju pesanan seragam TK”
“Wah, nanti ketinggalan dong sepakbolanya.”
“Ya sudah sana. Tapi jangan lama-lama/”
“Wah nggak bisa Pak. Untuk menghilangkan suntuk gini harus lama main bolanya. Sampai capek.”
“Suntuk kenapa?”
“Ibu tuh. Masak beliin celana ukurannya kepanjangan sepuluh senti. Kan nggak enak banget dipakainya!”
“Nanti biar bapak betulin.”
“Nah, itu baru bagus.”
“Berangkat dulu ya Pak.”
“Ya, hati-hati.”
Si bapak masuk ke ruang kerjanya. Dilihatnya celana baru yang teronggok di situ. “Oh jadi celana barunya model selutut. Ini memang kepanjangan sepuluh senti kalau mau model selutut.” Maka kres, kres, kres. Celana itu dipotong lagi, dan dijahit ulang. Menjelang Maghrib, ketika si anak pulang terdengar teriakan membahana,
“Aaaa…..celana panjangnya kok tinggal selutut!”
____________________****______________________________________
Mari sembuhkan luka-luka kita. Apalagi jika kita merasa terluka oleh orang-orang shalih dan insan beriman. WASPADALAH. Karena luka itu bisa memicu kebencian kita pada iman dan keshalihan.
Bismillah…
Jadilah orang yang mau berubah, mampu menerima kegagalan, bersedia membahas persoalan, bisa belajar dari orang lain dan siap melakukan sesuatu untuk mengatasi maslah. Hindarkan diri dari kepengecutan dan mengeluhlah hanya pada yang mampu memberikan penyelesaian. Katakana saja
“YA ALLAH AKU PUNYA MASALAH BESAR” tapi
“WAHAI MASALAH ALLH MAHA BESAR”
Hamasahhh
_Dalam Dekapan Ukhuwah, Salim A Fillah_
AKUMASIH DISINI
edCoustic
Dunia ini masih seluas yang kau impikan
Tak perlu kau simpan luka itu
Sedalam yang kau rasa
Memang ada waktu
Agar kau bisa kembali semula
Percayalah padaku
Kita kan bisa melewatinya
Jangan bersedih oh kawanku
Aku masih ada di sini
Semua pasti kan berlalu
Aku kan selalu bersamamu
Jalan hidup tak selamanya indah
Ada suka ada duka
Jalani semua yang kau rasakan
kita pasti bisa
yang mau MP3nya bisa down load disini
http://www.4shared.com/audio/Aoaww-kK/edCoustic_-_Jangan_bersedih.htm
Senyumanku tak akan pernah luntur lagi singing all day long
Semangatku tak akan pernah patah lagi dancing all nigth long
_sm*sh_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar