’barang siapa meninggalkan sesuatu dalam kondisi haramnya, niscahaya ia mendapatkannya dalam kodisi halal’
Sebuah kisah nyata yang di inpirasi dari buku
THE WAY TO WIN
bab ’Ubahlah Dirimu’
Malam itu seorang mahasiswa belajar sungguh-sungguh untuk menempuh Ujian Akhir Semester. Ia tahu bahwa hanya ini harapan terakhirnya untuk mendapatkan nilai baik karena pada saat UTS ia mendapat nilai terburuk di kelasnya yaitu 50. Karena itu ia belajar dengan sungguh-sungguh, namun keadaan berkehendak lain. Saat ia mencoba untuk belajar serius mahasiswa ini menjadi tertidur. Sampai akhirnya ia harus belajar dipagi hari mengejar ketertinggalan belajarnya.
Dan tibalah saat dimana ia harus menempuh ujian. Ia melihat seluruh teman sahabatnya siap untuk menghadapi ujian. Semua itu terlihat ketika teman-temanya referesh soal-soal dengan lansung menjawabnya namun tidak untuk mahasiswa ini. Ia lupa dengan apa yang dipelajarinya tadi pagi. Sampai akhirnya ia memutuskan memilih duduk didepan menyendiri untuk mengulang-ngulang apa yang sudah dipelajarinya tadi sebelum ujian di mulai. Karena ia termasuk mahasiswa yang memiliki tipe belajar yang harus jauh dari kebisingan.
Tibalah sang dosen masuk kelas. Kemudian dosen memerintahkan segala bentuk catatan kedalam tas dan hanya sebuah pulpen diatas meja. Karena merasa tak yakin mahasiswa ini memasukan catatan namun dengan segaja tidak menutup tasnya dengan anggapan ketika dalam keadaan terdesak ia dapat melihat catatan itu. Selain itu secara lisan mahasiswa ini juga meminta bantuan teman disamping kanan kirinya untuk membantunya ketika ujian berlangsung. Dalam ujian dosen tersebut memberikan lima soal namun yang wajib dikerjakan hanya lima dan apabila mengerjakan kelima-limanya maka soal terakhir dianggap tidak ada.
Dengan mengucap basmalah ia memulai ujian ini. Setelah mengucap basmalah ia mendapat pencerahan ’wajar saja jika saya dapet nilai yang buruk coz saya melakukanya dengan cara yang tak halal dengan membuka buku’. Karena itu ia ber janji untuk berusaha semampunya, apapun hasilnya.
Kemudian mahasiswa ini membaca soal dan memilah-milah soal mana yang akan di kerjakan. Dan setelah dibaca ternyata mahasiswa ini hanya sanggup mengerjakan tiga soal itupun dengan pemahaman umum yang ia ketahui. Dua soal lainya ia samasekali tidak paham. Satu soal benar-benar ia tidak tahu harus menjawab apa dan satu soal lagi ia sebenarnya dapat menjawabnya namun dalam soal itu ia harus melampirkan referensi dalam menjawab soal ini.
Keadaan inilah memaksa ia mengikari janjinya di awal tadi. Tas terbuka lebar.... jawaban teman sebelahnya mengumbar..... alangkah tersiksanya ia ketika harus di hadapkan HARUS MENDAPAT NILAI BAIK ATAU BERKELAKUKAN TAK BAIK.... dengan emosinya yang labil
Ia coba merenungkan diri, mengingat-ngingat jawaban akan soal itu. Namun satu yang ia ingat yaitu masa-masa ketika perkuliahan yang sedang di ujikan. Ia pernah berbicara pada temannya ”dalam manajemen emosi, ketika kita marah cobalah:
- Berhitung satu hingga sepuluh, masih belum tenang?
- ucapakan audzubillahiminasyaithonrirajim... masih belum tenang?
- ucapkan astagfirullahaladzim.... masih belom tenang??
- ucapkan astagfirullah dengan nyanyian astafirullah robba baroyya.. astaagfirullahhh minal khotoya... masih belom tenang???
- ucapkan subhanallah walhamdulillah wala ilahaillah huallhuakhbar... masih belom tenang????
- wudhu! Belom tenang juga??????
- SHALAT CUY...
Begitulah sampai akhirnya ia mencoba melakukannya. Namun hanya samapi point ke 5 karena tak mungkin wudhu di tengan UAS. Sampai akhirnya ia putus asa dan berserah diri. Satu-satunya yang bisa ia lakukan yaitu berdoa ”Ya Allah bantulah aku dalam ngerjakan soal ini’ doa yang sederhana....
Ia pasrah dengan hanya mengerjakan 3 soal saja. Ia tak ingin mengulang kesalahan yang sama dengan membuka buku atau meminta jawaban dari teman di kanan kirinya....
Sampai akhirnya, doa yang ia ucapkan pun terwujud ketika itu juga. Salah seorang temanya berkata kepada mahasiswa ini ”Eh xxxxxxxxx no 2 gw agak lupa neh........” temanya ini sambil memberi kunci-kunci jawaban. Sehingga secara tidak langsung ia mendapat masukan hingga ia dapat menjawab soal itu walau secara sepengetahuannya bukan secara text book.
MAN TARAKA SYAI-IN FII HARAAMIHI NAALA FII HALAALIHI…
’barang siapa meninggalkan sesuatu dalam kondisi haramnya, niscahaya ia mendapatkannya dalam kodisi halal’
TERBUKTI... bahwa ia kini dapat memjawab ujianya tanpa harus berbuat curang
Keberanian adalah kesabaran
Berani berubah berarti sabar mengikuti proses sampai tuntas
01 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar