Kamis, 03 Januari 2019

KARAKTER, VISI DAN PENGAKUAN (1)


01 Januari 2019

Beberapa pekan akhir ini, entah mengapa lebih banyak mendengar kesan negatif tentang diri ini. Banyak orang yang bilang saya itu sombong, galak, keras, gampang marah, memandang rendah oranglain bahkan tidak pernah ramah kepada siapapun.

Hugh... (menghela nafas) rasanya seperti sebuah tamparan berat. Sebegitu negatifkah karakter saya?. Sampai ada beberapa rekan kerja “untuk urusan pekerjaanpun” segan untuk memulai pembicaraan.

Memang benar apa kata pepatah yang mengatakan “yang paling sulit itu adalah menerima kenyataan pada diri kita”. Antara takut kecewa dengan apa yang sudah di percayai selama ini atau tidak mau berubah dan merubah kepercayaannya selama ini. Tinggal sekarang, pilihannya itu memperbaiki kenyataan tersebut atau tertindas memikirkan omongan oranglain.

Semangat dian, sepahit apapun hidup kamu harus bisa melaluinya.

Saya itu punya dua teman yang saya saluuuuutttt banget dengan mereka berdua, Zia dan Tukeng. Mereka itu orang yang paling bisa mengontrol emosi di depan orang yang membuat kesal mereka. Saya tahu bagaimana kondisi mereka saat mereka kesal, marah bahkan emosi tingkat tinggi pada seseorang. Tapi begitu mereka bertemu bahkan berbicara dengan orang tersebut, tak sedikitpun mereka menunjukan kekesalan itu walau hanya sekecil kerikil. Mereka bisa bersikap tenang bahkan bersikap lembut, sebaik-baiknya bersikap terhadap dengan orang yang sudah membuat mereka emosi. Sedangkan saya? hagh! Boro-boro bisa seperti itu...

Jadi terngingat hari terakhir di Jogja. Hari itu kami mendapat musibah yaitu belanjaan yang kami beli di toko batik siang hari, tiba-tiba entah lupa tertinggal dimana. Dan kami baru teringat begitu sampai rumah ternyata sudah magrib, sedangkan pukul 20:00 kami sudah harus berangkat menuju Stasiun Tugu Malioboro. Kebayangkan kan? Bagaimana macetnya daerah sana di tambah lagi kami belum packing dan mengirim paket baju kotor.

Akhirnya sekitar pukul 19:30 kami mulai berangkat dan di antar dengan motor oleh keluarganya Bu Beti (Masyallah, semoga Allah memberi keberkahan dalam keluarga besarnya bu Beti. Itu beneran, sumpah ngerepotin banget) untuk menghindari kemacetan di wilayah Malioboro.

Setelah kirim paket kami lanjutkan kembali ke toko batik tersebut untuk menghilangkan rasa penasaran kami bahwa batik tersebut memang sudah tidak ada di sana. Sesampainya disana, hal yang tak pernah saya bayangkan itu ternyata adiknya Bu Beti meminta tolong security untuk cek CCTV di tempat kemungkinan kami kehilangan belanjaan tersebut dan ternyata memang tidak ada. Ya sudah kami ikhlaskan. Sedangkan saat itu waktu sudah menunjukan pukul 21:00 dan kereta keberangkatan Tukeng pukul 21:25.

Saya tahu, saya dan Tukeng itu panik, sepanik-paniknya. Khawatir, bisa sampai tepat waktu atau tidak di stasiun dalam waktu 25 menit. Sedangkan di google map arah Stasiun Tugu berwarna merah tua. Hagh?! Saya coba mengendarai dengan kecepatan tinggi mencoba mengejar motor adiknya Bu Beti yang sudah melaju kencang di depan.

Tapi memang seperti itu ya, ketika kita panik entah mengapa tiba-tiba semua hambatan muncul seketika. Entah mobil yang tiba-tiba nyetir sembaranganlah di saat lagi ngebut-ngebutnya sampai kita kehilangan jejak motor adiknya Bu Beti. Wah... Pikiran kacau saat itu, uda kebayang gimana kalau sampai nyasar tak tau arah ke Stasiun Tugu, telat dan ketinggalan kereta, mana belum cetak tiket juga. Pikiran kalut saat itu.

But, saat itu pula tiba-tiba Tukeng mengelus lengan kanan saya sambil berkata “Tenang di ... Tenang di ...”. Astagfirullah hal adzim, tamparan berat! Padahal Tukeng yang akan terlambat tapi Tukeng pula yang masih bisa tetap tenang.

Saat itu, akhirnya saya paham juga akan sebuah pertanyaan yang dari dulu sungguh membuat penasaran.
“Mengapa dua orang yang berbeda karakter bisa hidup bersama, bisa berjodoh atau mungkin bisa juga berteman baik”. Jawabannya seperti jawaban yang sebenarnya sudah saya dapatkan dari dulu. Sederhana, simple “karena untuk saling melengkapi”. Kamu termasuk orang yang emosi, maka harus berteman dengan orang yang pandai menenangkan. Kamu orang yang pendiam, kamu harus berteman dengan orang yang cerewet. Dan seterusnya, dan seterusnya...

Lalu apakah artinya dua orang berbeda tidak akan menemukan satu titik tujuan ?.
Tidak, itu salah. Yang benar, visi itu harus sama karakter boleh beda. Berbeda karakter bukan berarti berbeda pemikiran, berbeda pemahaman. Justru biasanya, ketika dua orang memilih untuk bersama entah berjodoh atau berteman baik biasanya karena memiliki satu kesamaan (SATU VISI). Bisa saja nyaman berteman karena sama-sama suka hiking/ travelling/ olahraga ataupun bisa berjodoh karena sama-sama satu profesi. Apapun alasannya, pasti itulah visi mereka.

Sama seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Harun as. Ketika Musa mendapat amanah untuk mendakwahi fir’aun, (sebelum berangkat) Musa meminta kepada Allah SWT untuk di berikan seorang teman yang bisa meneguhkan pendiriaanya. Dan permintaan Musa tidak sembarangan, Musa paham dimana kelebihannya dan Musa paham pula dimana kekurangannya karena itu Musa memilih Harun, yang Musa yakini mampu melengkapi kekurangannnya, mampu menguatkan amanahnya dan pastinya harus memiliki visi yang sama. Yaitu apa yang akan dilakukan ataupun dikerjakan adalah karena Allah ta’alla.

Saya banyak belajar dari kisah Nabi Musa as tentang sebuah pertemanan. Tanpa kita sadari, ada satu alasan mengapa kita bisa berteman dengan seseorang hingga bertahun-tahun adalah karena visi kita yang sama.

Hem... rasanya saya terlalu sering bercerita tentang cita-cita saya dan teman saya yang alhamdulillah atas izin Allah dulu pernah ke Korea. Dan saya selalu suka untuk menceritakaanya berulang-ulang bahkan untuk beribu-ribu kali pun saya tidak akan pernah bosan. Saya tidak pernah menceritakan seperti apa itu Korea ataupun apa yang saya lakukan di Korea. Tapi yang saya selalu ceritakan itu adalah prosesnya. Bagaimana saya bertemu dengan teman-teman saya, bagaimana saya bisa mengumpulkan uang hingga belasan juta, apa saja yang kami lakukan ketika kami mulai menyerah untuk tidak berangkat dan sebagainya.

Dari situ saya belajar, untuk mewujudkan cita-cita itu tidak bisa di raih seorang diri tapi kita butuh teman yang se-visi, kita butuh teman yang tetap saling mengingatkan dan teman yang saling meneguhkan.

Sama seperti pengalaman saya mengikuti tes CPNS 2018.
Saya memiliki seorang teman, Fani namanya. Jauh sebelum CPNS DKI membuka lowongan, kami sudah mencari-cari info apapun terkait persyaratan mengikuti seleksi CPNS guru. Hingga tibalah waktunya, DKI membuka pengumuman CPNS.

Jedar!!! Rasanya seperti tersambar halilintar, DKI mengharuskan sebuah persyaratan yang cukup membuat berat yaitu TOEFL minimal 400. Dan kami sadar, kami tidak memiliki kemampuan itu bahkan dulu saat kuliah kami harus mengulang tes TOEFL hingga tiga kali hanya demi kata lulus.
Udah! Saat itu sudah tidak kepikiran lagi untuk ikut CPNS DKI. Di tambah lagi teman di satu lingkungan kerja pun seluruhnya menyerah untuk mengikuti CPNS DKI.
Hilangnya harapan itu  dengan sendirinya.

Hari itu Jumat, tiba-tiba Fani nelpon menawarkan untuk tes TOEFL bareng di ILP Tanjung Duren pada hari Senin. Yang paling paham atas kemampuan saya itu adalah saya. Dan saya paham sekali, saya tidak akan lulus. Dulu saja saya harus mengulang tiga kali dan kini saya harus tes TOEFL di lembaga bahasa asingnya langsung, rasanya tidak mungkin untuk lulus dengan skor 400. Itu terlalu tinggi. Tapi Fani, pandai sekali menyakinkan padahal saya tahu ketakutan yang saya rasakan pasti ia rasakan juga.
“Wel, dwL masih punya waktu 2 hari untuk belajar. Kita sama-sama kerja keras ya Wel”
Hati tiba-tiba menjadi tenang. Ya Allah, rasanya sudah lama sekali tidak di rangkul.

Hari Senin pun tiba. Pulang sekolah kembali saya di telpon Fani. Di seberang sana suara Fani terdengar sangat lirih, terlihat sekali kesehatannya sedang terganggu.
“Well, gimana? Hari ini jadi tes?”
Dengan nada pasrah saya menjawab.
“Fan, kayaknya gw ga bisa ikut tes deh. Di sekolah lagi sibuk banget, ga bisa ninggalin kerjaan”
“Tapi udah belajar?”
“Udah sih. Tapi ya gitu, belajar sekenanya aja. Banyak kerjaan sekolah yang musti di selesein”
“Yah wel, kalo kerjaan banyak. Fani juga, kalo nurutin kerjaan mah ga bakal kelar”
“Tapi fan gw ga ada waktu”
“sama... Fani juga, kalo kayak gini musti sempet-sempetin Wel”
“Terus gw juga belom bener-bener belajar”
“Nah sama, Fani juga. Ini Fani sempet-sempetin belajar pas jam istirahat ma guru bahasa inggris. Ya udah...gimana kalo tes nya kita mundur Selasa aja. Kalo Selasa kita masih ada waktu tuh buat registrasi. Soalnya kalo udah lewat Selasa uda ga bisa, TOEFLnya kan butuh waktu 1 minggu buat tau hasilnya”
Masih jiper, ga pede, hopless..
“Tapi fan... bla bla bla” saya terus berdalih.
“Wel wel.. dengerin Fani, dengerin Fani” Fani mencoba memotong omongan saya yang terus berdalih.
“Semua yang dwL rasain, juga Fani rasain. Pasti dwL mikirin juga kan, gimana caranya sekali tes ini langsung lulus (soalnya biayanya mahal, 250 rb sekali tes). Pasti dwL ga mau ngulang lagi kan?. Gini well... kita ga akan tahu hasilnya, kalau kita belum pernah mencoba. Kalaupun nanti hasilnya tak sesuai harapan, ya sudah kita ikhlasin aja setidaknya kita sudah ikhtiar, terus kita juga masih bisa coba di formasi lain juga kan... Gimana sholat dhuha dan qiyamul lailnya? Masih jalan kan? Fani titip doa ya Well, Fani sedih. Fani lagi ga sholat jadi ga bisa QL. Fanni uda titip do’a ma anak-anak tapi Fani titip doa ma dwL juga ya?”

Huuuaaaa.... rasanya mau nangis saat itu, ternyata saya punya teman-teman yang seperti ini. Teman yang tidak pernah memikirkan kebaikan untuk dirinya sendiri tapi teman-teman dekatnya juga dan teman yang juga tidak pernah lupa untuk mengingatkan ruhiyah teman-teman dekatnya.

Tapi di satu sisi mau nangis juga “kapan ya? Bisa mewarnai orang lain. Pengen gitu bisa seperti Fani, Tika, Alin, Aru”.

Ups... balik lagi ke cerita Jogja.

Seperti dugaan kami, wilayah Malioboro macet total. Rasanya sudah tak sanggup melihat jam tangan, sudahlah saat itu kami cukup lillahi ta’alla saja. Dan perlahan jalan Malioboro pun mulai terlihat. Dari belakang Tukeng sudah menyemangati “Ayo Di... udah jalan Malioboro artinya Stasiun tinggal dikit lagi. Kebut.. kebut.. kebut. Ambil kanan, ambil kanan” saat itu Tukeng melihat motor adiknya Bu Beti belok ke arah kanan. Tepat sekali di jalan Malioboro, tiba-tiba.
“Klincing, klincing, klincing”

Allahuakhbar, tiba-tiba jalan kami di halau kereta kuda. Ingin terobos tapi tepat di depan ban motor saya itu kepala kuda. Haduh... nanti kudanya kaget! Tsahh.... satu kereta kuda lewat, coba nge-gas. Tiba-tiba di belakangnya, ternyata masih ada rombongan kereta kuda. Masyallah... itu stasiun di depan mata sedangkan kita tertahan karena kereta kuda. Rasanya udah campur aduk, udah tidak tahu lagi harus berekspresi seperti apa. Yang ada kami hanya bisa tertawa di atas motor. Hahahahhaha.

-to be countinued-

Sabtu, 17 November 2018

SELF REWARD


SELF REWARD
Kamis, 15 November 2018

Seperti biasa di setiap harinya kami akan selalu mendapatkan pesan cinta dari wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana terkait dengan laporan kebersihan kelas. Entah, ini sudah berapa kalinya saya melihat kelas 12 IPA 3 cukup sering dibilang tidak OK. Padahal saya sendiri tahu kalau Fulki bukan orang semacam itu untuk tingkat kebersihan kelas. Dua tahun lalu ia adalah seseorang yang mencetuskan agar kelas yang tingkat kebersihannya baik harus mendapatkan reward. Hingga sampai saat ini reward itu masih berjalan sebagaimana ide yang ia gagaskan.

Tapi, entah mengapa semenjak menjadi wali kelas di tahun ajaran 2018/2019 motivasi untuk menjadi kelas terbersih terlihat mulai luntur. Padahal saya masih ingat sekali 3 tahun sebelumnya, ia adalah orang yang paling excited terhadap kebersihan kelas. Masih teringat bagaimana ia setiap harinya dengan rajin selalu mengontrol anak-anaknya piket dan selalu memastikan bahwa kelas harus di pel dan jendela harus di bersihkan. Wajar! Jika ia selalu mendapatkan reward kelas terbersih. Tapi, entah mengapa kini seolah ia tak peduli.

Malam itu saya coba kirim pesan singkat kepada dirinya. Eits! Jangan salah paham, saya kirim pesan bukan karena saya memiliki perasaan khusus kepada dirinya. Semuanya pure hanya sebatas rasa peduli sebagai teman. Lagipula saya juga bukan orang yang sembarangan bertanya kabar laki-laki sana sini tanpa kepentingan apapun. Saya pun paham bahwa antara perempuan dan laki-laki itu punya batasan yang harus tetap di jaga. Karena itu saya tidak akan berkomunikasi dengan sembarangan laki-laki jika tidak memiliki benteng, salah satunya nikah. Itulah mengapa saya lebih nyaman berbicara dengan laki-laki yang sudah menikah di banding yang belum menikah. Karena paling tidak dengan itu, kami tidak akan terlibat perasaan. Bagi saya tidak akan pernah ada persahabatan antara laki-laki dengan perempuan, jika bukan saya yang jatuh hati padanya maka dia yang akan jatuh hati. Kalaupun saya terlihat akrab dengan laki-laki yang belum menikah. Maka kemungkinannya hanya dua, kalau bukan ia orang yang istimewa untuk saya maka ia adalah orang yang paham akan batas itu.
Kurang lebih chat nya seperti ini.



Setelah di baca-baca lagi, jadi mikir... ngomong apa dah saya? sok-sok an nasehatin orang. Wakakkkaka.

Intinya sih gini ya...

Pertama, ini terkait SELF REWARD. Saya itu pencinta drama korea. Ada salah satu ilmu yang pernah saya dapatkan dari salah satu drama tapi sayangnya saya lupa judulnya apa.

Di episode tersebut menceritakan tentang keberhasilan seseorang. Kemudian orang tersebut menaiki panggung, apa yang ia ucapkan? Iyak, Betul!!! Rasa terimakasih. Ia mengatakan bahwa keberhasilan yang ia dapat tidak akan pernah ia dapatkan tanpa bantuaan dan do’a dari orang-orang yang ada di sekelilingnya. Kemudian ia sebutkan kepada siapa saja ia berterimakasih, kepada orang tua, guru lalu teman-temannya ia sebutkan satu persatu. Dan di akhir pidatonya ia menggaris bawahi bahwa penghargaan itu ia berikan setinggi-tingginya untuk “DIRI NYA SENDIRI”. Bagi nya penghargaan itu hanya pantas untuk dirinya sendiri, bukan berarti takabur (karena orang Korea kan ga kenal Tuhan ya?) tapi ia berterimakasih kepada dirinya sendiri. Karena dirinya tidak pernah menyerah begitu gagal, dirinya tidak pernah sakit, dirinya tidak pernah lelah dan dirinya tetap fokus dengan keinginan tersebut.

Dari situ saya belajar, kita sering dapat kebahagiaan lalu kita berterimakasih kepada Allah (WAJIB) lalu orangtua lalu rekan seperjuangan dan sebagainya. Tapi kita lupa berterimakasih kepada diri kita sendiri yang sudah susah payah dan sudah bekerja keras. Padahal tubuh hanya minta satu hak nya yaitu sholat 2 rokaat pagi hari, setelah itu reward. Rewardnya bebas! Mau istirahat sepanjang hari ataupun foya-foya seharian juga tidak apa-apa. Yang penting buatlah satu hari untuk me time. Kalau bisa jangan tidur seharian.

Agak gemes juga ama handphone nya Yogi, Tukeng dan Ojan. Semoga Allah memaafkan saya karena saya sama sekali tidak pernah bermaksud untuk menghina sama sekali, bagi saya handphone yang mereka gunakan itu tidak layak untuk orang sepenting mereka. Yogi dengan segala full aktivitas positifnya dan tukeng Ojan dengan segala kepentingan menjalin relasinya, tapi handphone yang mereka gunakan itu sama sekali kurang mendukung aktivitasnya. Greget gitu ya! Mereka itu pekerja keras, workaholic. Saya yakin mereka bukan ga mampu tapi kenapa untuk dirinya sendiri kurang care.

Ha... Entah sudah berapa orang menasehati mereka tapi mereka masih tetap dengan argumennya bahwa itu bukan prioritas utama. Sampai akhirnya saya punya kesempatan bicara personal dengan mereka bertiga. Saya jelasinlah itu self reward dan hasilnya? Tetoootttt.... Mereka tetap pada pendirian mereka, belum waktunya beli handphone baru. Hahahahahahah. Tapi emang gitu rasanya ya, kadang ketika nasehatin orang pengen langsung berhasil tapi faktanya gagal total. Wakkakakak.

But, selang beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian ya? Lupa. Akhirnya ada juga yang ganti handphone. Haaaa... rasanya seneng banget. Senengnya tuh, bukan karena merasa berhasil menasehati mereka, karena kan kita ga tau siapa yang sudah membuka hati dan pikiran mereka. Yang jelas pasti bukan saya, karena kalau saya berhasil menasehati, pasti mereka sudah beli saat itu juga. Tapi senengnya tuh gimana ya? Hemmm... kayak sesuatu yang memang seharusnya di letakan dimana semestinya. Bingung kan? Sama saya juga bingung. Udahlah... pokoknya, semoga yang 2 lainnya segera mendapatkan yang lebih baik, handphonenya.

OK, masih terkait self reward. Self reward itu tidak selamanya berkaitan dengan penghargaan tapi juga memaafkan. Kita sadar kita salah, kita sadar kita menyesal. Oranglain salah mampu kita maafkan, diri kita salah kita pasti lebih mampu memaafkan. Masih belum mampu?
Kita ingat do’a Rasullah untuk penduduk Thaif.

Pada tahun yang sama ketika Rasullah masih berada dalam masa dukanya di tinggal oleh Paman dan istrinya. Rasul masih tetap melanjutkan dakwahnya ke Thaif, bukannya mendapat perlakuan baik tapi justru mendapat pengusiran terang-terangan bahkan saat menuju arah pulang Rasul sudah di hadang oleh pasukan Thaif yang siap melempari batu hingga mengalir darah segar dari kepala Rasul. Kebayang ya, bagaimana perasaan Rasul? Bahkan dalam do’a nya Rasullah mengatakan
“Ya Allah aku meminta maaf kepada-Mu atas kelemahanku dan kekurangan usahaku ....”

Sedih? Pasti.
Menyalahkan diri sendiri? Iya.
Tapi apa setelah itu...?

Setelah Rasul me muhasabah diri nya sendiri, Rasul tidak berlarut-larut dalam kesedihannya tapi Rasullah justru berdo’a memohon kebaikan. (Mungkin bisa google sendiri, untuk do’a yang Rasullah panjatkan).

Kita harus yakin, Allah itu Maha memaafkan. Kalau kata ustad Adi Hidayat ‘Firaun saja Allah beri kesempatan untuk bertaubat, apalagi kita?’.

Untuk masa-masa sulitmu biarlah Allah yang menguatkanmu. Tugasmu adalah memastikan bahwa jarak antara kamu dan Allah tidak pernah jauh.

Kamis, 26 Juli 2018

KETIKA TAKDIR SULIT DI PAHAMI


27 Juli 2018

Ketika takdir sulit di pahami...
Hmmm ... Entah ini sudah berapa kalinya mengalami hal-hal menakjubkan. Kegiatan PPDB yang di awali sebelum bulan puasa sampai setelah lebaran pun, cukup membuat dag-dig-dug ser.

Kurang lebih selama dua bulan berkecimpung di dunia penerimaan siswa baru, cukup bisa mengenal beberapa karakter orangtua sampai orang dewasa. Masih ingat bagaimana rasanya waktu itu di maki-maki anggota TNI AL karena minimnya pengalaman saya untuk memberikan pelayanan terbaik.

Huft! kalau bukan karena profesionalisme, mungkin saat itu saya sudah menangis di depan orangtua itu. Karena seumur hidup saya, belum pernah ada laki-laki yang berani bentak wanita di depan umum. Jadi, wajar kalau saya nangis di depan umum.

Alhamdulillah, sampai saat ini saya selalu bertemu dengan laki-laki entah teman, senior ataupun adik tingkat yang selalu memuliakan wanita. Hahahahha. Jadi inget kejadian di kamar mandi ma Dodi beberapa hari lalu. Saat saya akan merapikan kerudung di wastafel tiba-tiba dia muncul dari dalam kamar mandi.
“Mau ke kamar mandi?”
“enggak”
“gua mau pake wastafel, mau...(entah dia ngomong ga jelas)”
“ga mau ah, uda PW” Reflek mundur satu langkah (secara ga langsung nyuruh dia keluar kamar mandi)
“Tapi gw mau pake wastafel. Ya udah gw masuk kamar mandi lagi. Nanti kalo dah selese bilang”
“OK”
Selesai merapikan kerudung
Tok tok tok. Kabur.
Hahahhaha jadi geli sendiri kalo di inget-inget.
Tapi memang begitu sih, menurut saya Harga Diri Laki-Laki itu bisa di Lihat dari 2 Hal yaitu Janjinya dan Sikapnya Terhadap Wanita.

Terus... (kebiasaan deh kalo cerita suka ngelantur kemana-mana).

Macam-macam bentuk orangtua. Ada yang gayanya seolah gahol anak muda abis pokoknya stylist banget. Giliran untuk dirinya all out eh giliran untuk pendidikan anak minta diskon mulu. Ada jugaaaaa yang hanya seorang supir ojek online yang hanya mampu membayar 2 juta dari yang seharusnya 6 juta, eh dalam 1 bulan tiba-tiba bisa menyelesaikan 10 juta. Allahu akhbar! Memang ya, kalau di niatkan dan di prioritaskan pasti di beri kemudahan.

Tapi dari semua orangtua yang sudah di hadapi ada 3 orangtua yang sungguh dan sangat ingin saya hindari yaitu :
1.       Orangtua yang pernah maki-maki saya
2.       Orangtua Jendral bintang 3
3.       Orangtua Anggota DPR

Tapi... tet toret toret... setelah membuka surat beban mengajar. Tiba-tiba seolah-olah seperti mendapat kartu ucapan “SELAMAT DIAN WAHYU LESTARI ANDA ADALAH WALI KELAS 10”. Jedarrrrr!!! Seperti tersambar petir. Alamat jadi wali kelas 3 anak itu dah! Reflek langsung minta ke Lilis supaya tidak menjadi wali kelas ke tiga anak itu.

Tapi Lilis bilang “Lo kalo request malah gw taro di”
“Tapi ga mungkin juga sih, gw masih inget kok anak Jendral dan anggota DPR mintanya masuk IPS cuma anak yang Bintara itu aja yang minta IPA, secara gw guru fisika. Kan, ga mungkin ngajar IPS”
Dan dengan bahagianya saya menari-nari di depan Lilis, Ribka, dan Bu Herma.
“Lalalalala... yeyeyyeyey ga mungkin ga mungkin . hahahhahaha” dengan sombongnya.
Lalu kebahagiaan gw makin bertambah setelah pembagian kelas. Ternyata anak bintara pun ga jadi anak saya. Hahahahha

Tapi... kebahagiaan saya pun. Ga bertahan dalam seminggu, jangankan seminggu. Ternyata kebahagiaan saya cuma bertahan 3 hari. Jleb!!! Cuma bisa mlongo mangap atau apalah. Tiba-tiba anak jendral minta pindah ke IPA dan tahu ke IPA mana? 10 IPA 2. Ya sallam... Azab manusia takabur orang kayak saya langsung terealisasi. Dan tak sampai 3 hari, tiba-tiba anak DPR pindah ke IPA, 10 IPA 2. Mamam T_T
Jegar
Jeder
Jedor

Hemmm,,, kalau berkaca pada diri sendiri. Rasanya masih tidak pantas menjadi wali kelas.
Saya itu orang yang paling cuek, jutek dan tidak peduli terhadap keadaan sekitar, kini harus jadi orang yang ramah luar biasa, tegur sana sini dan harus memberi perhatian lebih ke setiap anak. Hemmm bisa ga ya???

Tapi memang begini ya...
Ketika takdir sulit di pahami.
Kita lupa ada satu kekuatan besar yang tak bisa menandingi.
(KUN FAYAKUN)
Seyakin apapun kita terhadap suatu hal, ketika Allah berkehendak lain maka Allah akan mengubahnya.

Ketika takdir sulit di pahami.
Maka tidak semua yang aku inginkan bisa aku peroleh.

Ketika takdir sulit di pahami
Maka kembalikan kepada-Nya
Sebab memang ada ruang gelap yang dengan ilmu akan sulit aku pahami
Namun tidak sulit untuk di renungi
Di ruang inilah tempat aku menyandarkan segala pengharapan
Di ruang inilah seluruh energi aku letakan dan kepasrahan aku labuhkan
Akhirnya, akupun akan mengerti Takdir Tuhan adalah cinta-Nya kepadaku.



Jumat, 20 Juli 2018

Telah Lelah

Akan ada saatnya
di dalam do'a kita tidak menyebutkan nama siapa-siapa.
Hanya meminta di beri yang terbaik saja.

_TelahLelah_
Sabtu, 21 Juli 2018

APA KABAR?

Jumat, 20 Juli 2018
21:00


Apa kabar?
Sudah lama kita tak jumpa.
Jangankan jumpa, saling sapa pun tidak.

Aku menghargai kehidupanmu.
Dan kamu? Entahlah
Masih peduli dengan hidupku atau tidak

Mungkin kamu bertanya
Mengapa aku menulis ini semua?
Jika kamu mengira aku ingin mencuri perhatian mu,
Hmm mungkin iya.

Aku menulis semua ini hanya karena rindu.
Tak pernahkah kau merasakannya juga?
Aku harap kamu sempat merindukanku walau hanya semalam.

Aku menghargai keputusannmu.
Setidaknya kamu konsisten dengan apa yang kamu ucapkan.
Tidak seperti diriku, yang mudah goyah dan tidak berpendirian.

Seberapa besar aku merengek untuk komunikasi denganmu.
Kamu, tetap mengatakan tidak.
Kamu tahu bagaimana hancurnya aku?

TIDAK, aku tahu justru kamu yang jauh lebih hancur dan terluka daripada aku.

Maafkan aku....

Tapi percayalah
Kamu membuat aku menganal banyak hal
Untuk pertama kalinya
Dan kamu membuat aku belajar untuk pertama kalinya

Kamu orang pertama
Yang membuat aku merasa
Berharga dan merasa di hargai

Kamu membuat aku merasa bahwa
Aku adalah seseorang yang patut di perjuangkan
Bukan orang yang selalu menunggu
Menanti
Bahkan meminta

Dan kini aku harus menerima satu hal

Bahwa,
Akan ada saatnya dimana
Mendengar namaku
Cukup kamu senyumin saja

Karena senang dan sedihku
Bukan menjadi urusanmu lagi.

Rabu, 16 Mei 2018

KARYAWISATA BALI

17 Mei 2018

BALI

Selalu ada kesan tersendiri dari setiap tempat yang baru pertama kali di kunjungi.
Dulu saat pertama kali melihat salju di Pulau Jeju Korea ada satu ‘wish’ yang saya panjatkan kala salju turun, apa itu?.

Ya Allah, semoga suatu saat nanti saya bisa melihat salju bersamanya
Terkabulkan? TIDAK!!!

Kedua, saat pertama kali ke dataran tinggi Dieng. Saya masih ingat bagaimana pertama kalinya kami travelling tanpa ada persiapan, hanya bermodal satu tujuan ‘DIENG’. Tanpa tahu akses kesana naik apa dan tanpa tahu kami akan menginap dimana. Alhamdulillah, Allah memudahkan segalanya. Dan sekali lagi, saya pun memiliki wish.

Ya Allah, jika melihat salju sulit untuk kedua kalinya, setidaknya semoga saya bisa kembali lagi ke tempat ini bersamanya.
Terkabulkan? Ehm... entahlah.

Ketiga, saat pertama kali ke Bromo. Saya pun masih tetap memiliki wish, walaupun dia sudah bersama yang lain #eaaa. Wish apa itu?

Ya Allah, mohon izikan saya untuk membawa siapapun kemari.
Terkabulkan? YEAY!!! Finally... My dream come true...
And this is...
OUR TRIP OUR TRAVEL

Berawal dari di tunjuknya saya sebagai ketua panitia karyawisata kelas 12 maka semenjak itulah saya memiliki amanah demi terlaksananya kegiatan tersebut.

Konflikpun diawali dari perbedaan tujuan wisata antar anak IPA IPS. Dimana siswa IPA menginginkan ke Malang dan IPS ke Bali. Saya secara pribadi pun sebenarnya menginginkan tujuan wisata anak-anak ke Malang Bromo dengan memikirkan segala pertimbangan yang ada yaitu dari biaya, akomodasi serta kenyamanan perjalanan. Namun bagaimanapun kembali keputusan tetaplah di forum yaitu Bali.

Di dalam benak saya, tidak ada yang istimewa dari Bali selain wisata pantai dan bule yang bertelanjang dada menghampar di pesisir pantai bak ikan asin. Namun di sisi lain dalam hati kecil saya juga menginginkan ke Bali karena jujur saya sendiri belum pernah kesana.

Hari demi hari teror pun berdatangan. Dari jumlah peserta yang kian lama kian menyusut, komplen orangtua yang bertubi-tubi hingga pihak sekolah yang menentang kegiatan karyawisata yang tidak boleh berjalan apabila tunggakan siswa tidak di lunasi. Kalau boleh menyerah rasanya saat itu saya ingin sekali mengundurkan diri. Sakit, perih pedih semunya dirasakan. Pikiran campur aduk hingga kewajiban saya mengajarpun sering terbengkalai. Bahkan ketika puncak suatu masalah muncul tak jarang saya menyalahkan oranglain, rasanya ingin teriak dan marah-marah di depan semua orang.

Tapi berkat segala doa dari bapak ibu wali kelas dan seluruh kawan-kawan GM akhirnya H-3 segala permasalahan yang ada di permudah bahkan kuota pesertapun akhirnya terpenuhi. Alhamdulillah Ya Allah, sujud syukur kala itu. Permasalahan sampai situ? TIDAK!!! Bahkan masalah yang saya anggap sudah selesai pun tiba-tiba muncul permasalahan kembali. Apa itu? OVER PESERTA!. Lagi-lagi kami harus berputar otak untuk menjelaskan ke orangtua bahkan kamipun harus menyelesaikan konflik 2 siswa yang berebut untuk 1 kursi karyawisata.

OK! Kita lupakan permasalahan tersebut. Saya akan kembali fokus kepada kegiatan itu sendiri.
Perjalanan di awali dengan titik kumpul di SMA Hang Tuah pukul 06.00. Satu hal yang tak pernah saya duga, jika biasanya ketika sekolah anak-anak sering terlambat masuk sekolah. Kali ini? Standing applause untuk anak-anak yang dapat hadir tepat waktu yaitu 06.00.
Namun hal ini justru terbalik kepada dua orang guru yang biasanya hadir tepat waktu kini terlambat. Siapa? Saya. hehehehhehhe. Sehingga membuat jadwal keberangkatan mundur 1 jam.

Dua hari perjalanan menuju ke Bali menyisakan pengalaman tersendiri bagi kami. Berhenti setiap 3-5 jam sekali perjalanan, mandi di rest area, terjebak macet dan yang paling seru. Yap menyebrangi selat Bali. Tiba di penginapan di perkirakan pukul 02.00 dini hari. Namun ternyata waktu sampai 2 jam lebih cepat dari perkiraan yang membuat kami lebih cepat segera untuk beristirahat.






Hari ke-3. Tujuan wisata kami yaitu Desa Panglipuran.
Bagi oranglain, tidak ada yang istimewa di desa ini. Bahkan saya sempat mendengar selentingan bahwa berada di sini tak jauh beda berada di Taman Mini. Hah! What ever lah kata mereka. Tapi bagi saya desa ini adalah ikonik dari Bali itu sendiri yaitu desa yang masih menjaga orisinalitas budaya Bali karena disini rumah-rumah nya masih banyak yang berbentuk pura. Satu hal ketika pertama kalinya sampai Bali, yang membuat saya cukup syok itu, arghhhhh... banyak sekali anjing berkeliaran. Huh!!! Risih.




Karena letak Desa Panglipuran yang cukup jauh, untuk hari pertama ini kami tidak terlalu banyak kunjungan wisata di Bali. Setelah dari Panglipuran kami langsung menuju pusat oleh-oleh Cening Bagus dan dilanjutkan menonton pertunjukan Tari Kecak. Malam harinya kami para guru-guru wanita mendapat undangan dari salah satu murid yang bertempat tinggal di Bali yaitu Adiputra.





Hari ke-4. Wisata perairan.
Sampai hari ke empat saya masih belum menemukan apa yang menjadi daya tarik Bali bagi wisatawan mancanegara. Bahkan saya sempat bertanya pada salah satu tour guide yang asli Bali, namun tour Guide tersebut tidak memberikan penjelasan yang signifikan. Sampai akhirnya saya sendirilah yang menemukan jawaban itu.


Apa itu? Betul, destinasi wisata terbaik Bali adalah PANTAI. Kalian tidak akan menemukan pantai indah di kota besar selain di Bali. Karena dari semua pantai yang pernah saya kunjungi, untuk mendapatkan pemandangan pantai yang indah harus menuju pelosok terlebih dahulu untuk mendapatkan pantai yang tidak pernah terjamah oleh manusia. Sedangkan di Bali? Hampir semua pantainya bersih dan berpasir putih. Dan dari semua pantai yang di kunjungi ada salah satu pantai yang membuat saya jatuh hati di sana. Pantai Pandawa.


Untuk sampai ke pantai tersebut. Kita akan datang dari tebing tinggi yang di sungguhkan pemandangan pantai yang masyallah indahnya... dan setiap kali kita menuruni tebing tersebut akan terdapat patung besar Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa yang apabila kita berdiri disana ukuran kita tidak apa-apa. Mungkin kalau di ibaratkan patung itu sebesar bola voli maka ukuran kita hanyalah sebesar kerikil.





Begitu sampai disana saya tidak berekspetasi tinggi terhadap pantai tersebut selain ya ... air. Tapi begitu sampai disana. Masyallah... pasir putih dimana-mana lalu berbatasan dengan samudra Hindia yang berwarna biru kehijauan. Rasa nya tidak afdol kalau belum menceburkan diri disini. Namun beginilah Bali masih terikat peraturan yang harus di taati. Salah satunya ketika berada di Pandawa yaitu tidak semua orang boleh menceburkan diri ke laut terlebih khusus kepada wanita-wanita yang sedang berhalangan. Karena menurut adat setempat apabila wanita berhalangan menceburan diri kelaut. Maka laut akan berubah menjadi pinnk ke merahan dan dapat menyebabkan banjir bandang. PERCAYA? Hem...yang jelas satu hal yang kita pahami bahwa dimana kita berada salah satu kewajiban kita adalah menghormati tuan rumah.





 Dinner di Jimbaran




Hari ke-5. Perjalanan menuju Malang.
Sebelum meninggalakan Bali, kami masih berkesempatan mengunjungi salah satu pantai yaitu Tanah Lot. Setelah itu perjalanan kembali di lanjutkan menuju Malang. Capek? Lelah? Iya!!! Lagi-lagi kami harus hidup di dalam Bus. T_T

Hari ke-6. Malang.
Dini hari pukul 03.00 kami tiba di rumah makan Bromo asri Probolinggo. Dan mobil ELF pun sudah siap menghantarkan kami menuju Bromo. Butuh waktu 2 jam menuju BTS Nasional Park dari rumah makan. Dan sesampainya di sana. Jujur, sebenarnya sedikit agak kecewa karena tempat dimana kami menikmati Sunrise bukanlah tempat yang dulu saya kunjungi. Yang jauh-jauh-jauh lebih indah dari yang ini. Ya tak apalah... tapi saya bersyukur ketika mendengar beberapa selentingan anak-anak
“dari tempat yang uda gw kunjungi Cuma Bromo yang paling berkesan”
yes yes yes.
Rasanya berhasil menjadi ketua panitia. Saya masih ingat bagaimana pesimisnya saya ketika saya gagal mendesak anak-anak menuju Malang di banding keinginan mereka menuju Bali. Namun pada akhirnya setelah negosiasi dengan pihak travel, akhirnya pihak travel memberikan kesempatan pada kami untuk mengunjungi Bromo. Alhamdulillah.








Setelah dari Bromo kami melanjutkan ke Museum Angkut belanja oleh-oleh di Brawijaya dan terakhir menginap di hotel.








Hari ke -7. Menuju Jogja.
Nothing special.

Hari ke-8. Jakarta i’m in love.
Tidak ada hal yang paling menyenangkan selain kembali ke  rumah asal. Se macet dan semerawut apapun Jakarta. Tetap di sanalah di kampung halamanku. Ciledug Tangerang.

Wish kali ini...
Ya Allah, Semoga dapat kembali lagi ke Bali dengan siapapun itu. Tapi kali ini harus naik pesawat ya Allah. ;-P



Sabtu, 13 Mei 2017

KERJA ATAU LUBURAN ?



5 Mei - 10 Mei 2017
KERJA ATAU LIBURAN?

Setelah minggu lalu, 3 hari berlibur bersama GM di Bandung, kini harus ke Bandung lagi. Lagi! Kadang…memang takdir sulit untuk di pahami. Ketika saya bersusah payah bahkan melakukan berbagai cara supaya bisa ke Bandung, yang namun pada akhirnya selalu gagal. Kini siapa sangka, takdir menuliskan kepada saya untuk bolak-balik ke Bandung dalam waktu berdekatkan. (Halah ga penting banget)

Walaupun urusannya pekerjaan, tetatp saja di mata orang pekerjaan saya dipandang sebagai liburan. What ever lah… mereka mau ngomong apa. Yang jelas ini memang urusannya pekerjaan yang berurutan dari dua sekolah yaitu raker untuk sekolah pertama dan pendampingan murid di sekolah kedua.

Kegiatan di awali Selasa lalu,dengan pembukaan raker serta pengenalan pengawas baru sekolah. Yang cukup membuat syok menderita yaitu ternyata pengawas sekolahnya adalah ahli fisika. Amsyong  dah. Pertama dengar beliau adalah seorang guru fisika sih seneng, siapa tahu bisa berbagi RPP Heheheheh. Tapi kegembiraan saya berakhir saat salah satu kawan berkata “karena pengawasnya guru fisika. Kalo berkunjung  yang di cek, pasti guru fisikanya dulu!!!”. Wakwaw!!! KELAR IDUP GW.

Dah ah kita lupakan raker hari pertama yang membayangkannya aja uda cukup membuat derita. Raker hari kedua, di fokuskan untuk pembuatan RPP per matapelajaran. Dari satu sekolah dibuat 4 rumpun mata pelajaran yaitu IPA, IPS, BAHASA dan GABUNGAN. Pembuatan rumpun ini sih sebenernya cuma untuk penempatan pengerjaan RPP karena kalau pengerjaan RPP di ruang raker banyak fasilitas yang tak mendukung. 

Pengerjaan RPP pun di mulai, awalnya sih serius tapi setelah ada instruksi laporan RPP tidak perlu per matapelajaran hanya perlu satu pelajaran mewakili satu rumpun. Maka pengerjaan RPP pun, ah sudahlah!!!! Waktunya santaiiii Bro…. Maka inilah waktunya memanfaatkan yang  paling junior, DODHI selamat berjuang. Fighting!!!!!

Hari ketiga, yaaaaaa…. Inilah yang paling di tunggu-tunggu, yap yap yap! raker di luar kota. Puncak Cisarua Bogor. Seneng deh! Kapan lagi coba, bisa kumpul bareng-bareng keluarga sekolah ini keluar kota. Kata iman syafii, kita baru kenal seseorang kalo uda pernah mabit bersama. Dan saya rasa itu benar. Banyak karakter yang tidak pernah muncul di sekolah tapi bisa muncul saat kumpul bersama gini. Contoh aja si Pa'i, saya ga paham ma ni anak. Sepanjang perjalanan ketawa mulu, happy banget kayaknya, dah kayak bocah diajak jalan-jalan -,- . Kalo kata pa Hamidi “si Pai kalo ketawa kayak orang  ga punya dosa”. Hah~ mungkin dia lagi menghibur diri sebelum dia meninggalkan kami semua ke Malaysia. Sukses Pa’i di Malaysia. Jangan lupa titipan coklat gw. Hahahaha.

Raker di puncak, bener-bener raker. Kita tujuannya kerja ya, jadi ga ada tuh yang namanya sempet foto-foto apalagi tidur-tiduran. Kerja. Kerja. Kerja. Bayangin aja baru nyampe jam 11.00 turun bus, tidak ada tuh namanya waktu istirahat karena lelah perjalanan. Turun bus, langsung kerja. Dannnn…. Yang ajaibnya, yah inilah mungkin yang baru di katakan lembur. Baru kali ini saya kerja sampe pukul 00.00. SWAG~



Hari keempat, yaitu liburan ke Bandung. Dan inilah pengalaman yang benar-benar menakjubkan. Kalian tau? Baru kali ini jauh-jauh ke Bandung cuma untuk makan nasi kotak diatas rumput tanpa alas. Emang kece banget dah. Tempat yang kami tuju yaitu Kampung Gajah yang sebenernya sampai hari ini saya tidak paham, mengapa di pilih tempat tersebut. Padahal tempat tersebut sebenernya hanya cocok untuk anak-anak sedangkan notabennya kita semua itu kelewat dewasa alias tua. Hahahahba.


Akhirnya di putuskan baru sampe langsung pulang, gabut bro. But, ketika mereka semua kembali menuju perjalanan pulang. Kini saya harus melanjutkan perjalanan kesekolah satunya yaitu pendampingan siswa SMK di Jogjakarta. Hahhahahaba. Cabuttttt…


Hanya sedikit warga sekolah yang tahu saya akan melanjutkan ke yogja yaitu Pak Hamidi selaku wakakur dan beberapa anggota GM perempuan, yang laki-laki paling yang tahu cuma Fulki doang. Alhasil ketika saya mengutarakan untuk turun di Bandung, banyak sekali yang mengkhawatirkan saya. Jadi seneng deh diperhatiin. Hahhahahaba. 

Mereka tidak percaya kalo saya berani melanjutkan perjalanan jauh sendirian di tambah lagi setelah mereka tahu saya sampainya tengah malem. Mungkin mereka khawatir saya kenapa-kenapa di jalan karena saya perempuan. Cuma bisa berkata mereka ‘insyallah ga kenapa-kenapa pak'. “tapi nanti sampai disana gimana? Malem-malem gitu, ada yang jemput?” Cuma bisa bilang ‘insyallah’. Padahal tidak tahu nanti ada yang jemput atau tidak.

Sepanjang perjalanan berfikir bagaimana nanti setelah sampai stasiun? Tengah malem lagi. Hah!!!!. Mau minta jemput, takut merepotkan tengah malem gitu. Kepala sekolah? Bukan! Wakil? Bukan! Yang punya yayasan? Apalagi!!! Lillahi ta'ala aja lah. Semoga Allah memudahkan. Saya putuskan untuk tidur di banding memikirkan yang belum terjadi.


Sekitar pukul 21.00 saya terbangun karena kereta berhenti. Tanpa berfikir panjang saya coba cek HP dan ternyata ada WA dari Indra yang menawarkan untuk menjemput saya di stasiun. Wa~ rasa senengnya minta ampun. Allah memberi jalan keluar… padahal saya tidak begitu kenal dengan Indra. Cuma bisa tersenyum lebar saat melihat ada temen yang di kenal. Saat itu pula, saya jadi teringat kejadian di Depok. Dimana saya pernah menangis di pinggir jalan karena tak tahu arah pulang. Tiba-tiba muncul teman yang sudah lama sekali tidak betemu, sambil berkata “Dian, kok bisa ada disini?”. Saat itu pula, saya merasa ia bak malaikat penolong, Lili namanya.

Sampai di hotel saya langsung bersih-bersih, sholat dan tidur. Untuk keesokaan harinya melanjutkan perjalanan ke Prambanan.

Hari ke Lima, dijadwalkan ke keraton jogja tapi saya lebih memilih untuk shopping. Hahahha dasar perempuan. Dan dilanjutkan ke Prambanan.Satu kata buat prambanan. “wah”. Walaupun sudah banyak Candi yang roboh yang mungkin akibat Gempa, tapi prambanan jauh lebih indah dari yang di bayangkan. 


Hari ke enam, wisata ke tebing breksi. Sebenernya sih ga terlalu excited waktu kesini. Mungkin karena sudah terlalu lelah (waela) seminggu full kerja nonstop pada akhirnya begitu sampai lokasi tujuan langsung cari masjid buat tidur. Sebodo teuinglah... uda ga mikirin sebagai perempuan tidur ngampar gitu hahahahha.

Sore harinya langsung pulang ke Jakarta dan sampai Jakarta pukul 00.30 nginep di SMK terus shubuh pulang ke rumah cabut lagi ke SMA. Gilak!!! Workaholic banget gw.

2 hari di jogja sebenarnya bagi saya sangat kurang. Mungkin, saya sadar ini terakhir kalinya saya bias bersama-sama guru dan siswa SMK, sebelum saya putuskan untuk resign dari sekolah ini. T,T.
Dan Semoga ini keputusan terbaik saya, agar tidak ada lagi yang terzolimi SMA HT, SMK MAARIF, dan keluargaku. Maaf ibuuu…. Bapak…. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku.