Rabu, 16 Mei 2018

KARYAWISATA BALI

17 Mei 2018

BALI

Selalu ada kesan tersendiri dari setiap tempat yang baru pertama kali di kunjungi.
Dulu saat pertama kali melihat salju di Pulau Jeju Korea ada satu ‘wish’ yang saya panjatkan kala salju turun, apa itu?.

Ya Allah, semoga suatu saat nanti saya bisa melihat salju bersamanya
Terkabulkan? TIDAK!!!

Kedua, saat pertama kali ke dataran tinggi Dieng. Saya masih ingat bagaimana pertama kalinya kami travelling tanpa ada persiapan, hanya bermodal satu tujuan ‘DIENG’. Tanpa tahu akses kesana naik apa dan tanpa tahu kami akan menginap dimana. Alhamdulillah, Allah memudahkan segalanya. Dan sekali lagi, saya pun memiliki wish.

Ya Allah, jika melihat salju sulit untuk kedua kalinya, setidaknya semoga saya bisa kembali lagi ke tempat ini bersamanya.
Terkabulkan? Ehm... entahlah.

Ketiga, saat pertama kali ke Bromo. Saya pun masih tetap memiliki wish, walaupun dia sudah bersama yang lain #eaaa. Wish apa itu?

Ya Allah, mohon izikan saya untuk membawa siapapun kemari.
Terkabulkan? YEAY!!! Finally... My dream come true...
And this is...
OUR TRIP OUR TRAVEL

Berawal dari di tunjuknya saya sebagai ketua panitia karyawisata kelas 12 maka semenjak itulah saya memiliki amanah demi terlaksananya kegiatan tersebut.

Konflikpun diawali dari perbedaan tujuan wisata antar anak IPA IPS. Dimana siswa IPA menginginkan ke Malang dan IPS ke Bali. Saya secara pribadi pun sebenarnya menginginkan tujuan wisata anak-anak ke Malang Bromo dengan memikirkan segala pertimbangan yang ada yaitu dari biaya, akomodasi serta kenyamanan perjalanan. Namun bagaimanapun kembali keputusan tetaplah di forum yaitu Bali.

Di dalam benak saya, tidak ada yang istimewa dari Bali selain wisata pantai dan bule yang bertelanjang dada menghampar di pesisir pantai bak ikan asin. Namun di sisi lain dalam hati kecil saya juga menginginkan ke Bali karena jujur saya sendiri belum pernah kesana.

Hari demi hari teror pun berdatangan. Dari jumlah peserta yang kian lama kian menyusut, komplen orangtua yang bertubi-tubi hingga pihak sekolah yang menentang kegiatan karyawisata yang tidak boleh berjalan apabila tunggakan siswa tidak di lunasi. Kalau boleh menyerah rasanya saat itu saya ingin sekali mengundurkan diri. Sakit, perih pedih semunya dirasakan. Pikiran campur aduk hingga kewajiban saya mengajarpun sering terbengkalai. Bahkan ketika puncak suatu masalah muncul tak jarang saya menyalahkan oranglain, rasanya ingin teriak dan marah-marah di depan semua orang.

Tapi berkat segala doa dari bapak ibu wali kelas dan seluruh kawan-kawan GM akhirnya H-3 segala permasalahan yang ada di permudah bahkan kuota pesertapun akhirnya terpenuhi. Alhamdulillah Ya Allah, sujud syukur kala itu. Permasalahan sampai situ? TIDAK!!! Bahkan masalah yang saya anggap sudah selesai pun tiba-tiba muncul permasalahan kembali. Apa itu? OVER PESERTA!. Lagi-lagi kami harus berputar otak untuk menjelaskan ke orangtua bahkan kamipun harus menyelesaikan konflik 2 siswa yang berebut untuk 1 kursi karyawisata.

OK! Kita lupakan permasalahan tersebut. Saya akan kembali fokus kepada kegiatan itu sendiri.
Perjalanan di awali dengan titik kumpul di SMA Hang Tuah pukul 06.00. Satu hal yang tak pernah saya duga, jika biasanya ketika sekolah anak-anak sering terlambat masuk sekolah. Kali ini? Standing applause untuk anak-anak yang dapat hadir tepat waktu yaitu 06.00.
Namun hal ini justru terbalik kepada dua orang guru yang biasanya hadir tepat waktu kini terlambat. Siapa? Saya. hehehehhehhe. Sehingga membuat jadwal keberangkatan mundur 1 jam.

Dua hari perjalanan menuju ke Bali menyisakan pengalaman tersendiri bagi kami. Berhenti setiap 3-5 jam sekali perjalanan, mandi di rest area, terjebak macet dan yang paling seru. Yap menyebrangi selat Bali. Tiba di penginapan di perkirakan pukul 02.00 dini hari. Namun ternyata waktu sampai 2 jam lebih cepat dari perkiraan yang membuat kami lebih cepat segera untuk beristirahat.






Hari ke-3. Tujuan wisata kami yaitu Desa Panglipuran.
Bagi oranglain, tidak ada yang istimewa di desa ini. Bahkan saya sempat mendengar selentingan bahwa berada di sini tak jauh beda berada di Taman Mini. Hah! What ever lah kata mereka. Tapi bagi saya desa ini adalah ikonik dari Bali itu sendiri yaitu desa yang masih menjaga orisinalitas budaya Bali karena disini rumah-rumah nya masih banyak yang berbentuk pura. Satu hal ketika pertama kalinya sampai Bali, yang membuat saya cukup syok itu, arghhhhh... banyak sekali anjing berkeliaran. Huh!!! Risih.




Karena letak Desa Panglipuran yang cukup jauh, untuk hari pertama ini kami tidak terlalu banyak kunjungan wisata di Bali. Setelah dari Panglipuran kami langsung menuju pusat oleh-oleh Cening Bagus dan dilanjutkan menonton pertunjukan Tari Kecak. Malam harinya kami para guru-guru wanita mendapat undangan dari salah satu murid yang bertempat tinggal di Bali yaitu Adiputra.





Hari ke-4. Wisata perairan.
Sampai hari ke empat saya masih belum menemukan apa yang menjadi daya tarik Bali bagi wisatawan mancanegara. Bahkan saya sempat bertanya pada salah satu tour guide yang asli Bali, namun tour Guide tersebut tidak memberikan penjelasan yang signifikan. Sampai akhirnya saya sendirilah yang menemukan jawaban itu.


Apa itu? Betul, destinasi wisata terbaik Bali adalah PANTAI. Kalian tidak akan menemukan pantai indah di kota besar selain di Bali. Karena dari semua pantai yang pernah saya kunjungi, untuk mendapatkan pemandangan pantai yang indah harus menuju pelosok terlebih dahulu untuk mendapatkan pantai yang tidak pernah terjamah oleh manusia. Sedangkan di Bali? Hampir semua pantainya bersih dan berpasir putih. Dan dari semua pantai yang di kunjungi ada salah satu pantai yang membuat saya jatuh hati di sana. Pantai Pandawa.


Untuk sampai ke pantai tersebut. Kita akan datang dari tebing tinggi yang di sungguhkan pemandangan pantai yang masyallah indahnya... dan setiap kali kita menuruni tebing tersebut akan terdapat patung besar Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa yang apabila kita berdiri disana ukuran kita tidak apa-apa. Mungkin kalau di ibaratkan patung itu sebesar bola voli maka ukuran kita hanyalah sebesar kerikil.





Begitu sampai disana saya tidak berekspetasi tinggi terhadap pantai tersebut selain ya ... air. Tapi begitu sampai disana. Masyallah... pasir putih dimana-mana lalu berbatasan dengan samudra Hindia yang berwarna biru kehijauan. Rasa nya tidak afdol kalau belum menceburkan diri disini. Namun beginilah Bali masih terikat peraturan yang harus di taati. Salah satunya ketika berada di Pandawa yaitu tidak semua orang boleh menceburkan diri ke laut terlebih khusus kepada wanita-wanita yang sedang berhalangan. Karena menurut adat setempat apabila wanita berhalangan menceburan diri kelaut. Maka laut akan berubah menjadi pinnk ke merahan dan dapat menyebabkan banjir bandang. PERCAYA? Hem...yang jelas satu hal yang kita pahami bahwa dimana kita berada salah satu kewajiban kita adalah menghormati tuan rumah.





 Dinner di Jimbaran




Hari ke-5. Perjalanan menuju Malang.
Sebelum meninggalakan Bali, kami masih berkesempatan mengunjungi salah satu pantai yaitu Tanah Lot. Setelah itu perjalanan kembali di lanjutkan menuju Malang. Capek? Lelah? Iya!!! Lagi-lagi kami harus hidup di dalam Bus. T_T

Hari ke-6. Malang.
Dini hari pukul 03.00 kami tiba di rumah makan Bromo asri Probolinggo. Dan mobil ELF pun sudah siap menghantarkan kami menuju Bromo. Butuh waktu 2 jam menuju BTS Nasional Park dari rumah makan. Dan sesampainya di sana. Jujur, sebenarnya sedikit agak kecewa karena tempat dimana kami menikmati Sunrise bukanlah tempat yang dulu saya kunjungi. Yang jauh-jauh-jauh lebih indah dari yang ini. Ya tak apalah... tapi saya bersyukur ketika mendengar beberapa selentingan anak-anak
“dari tempat yang uda gw kunjungi Cuma Bromo yang paling berkesan”
yes yes yes.
Rasanya berhasil menjadi ketua panitia. Saya masih ingat bagaimana pesimisnya saya ketika saya gagal mendesak anak-anak menuju Malang di banding keinginan mereka menuju Bali. Namun pada akhirnya setelah negosiasi dengan pihak travel, akhirnya pihak travel memberikan kesempatan pada kami untuk mengunjungi Bromo. Alhamdulillah.








Setelah dari Bromo kami melanjutkan ke Museum Angkut belanja oleh-oleh di Brawijaya dan terakhir menginap di hotel.








Hari ke -7. Menuju Jogja.
Nothing special.

Hari ke-8. Jakarta i’m in love.
Tidak ada hal yang paling menyenangkan selain kembali ke  rumah asal. Se macet dan semerawut apapun Jakarta. Tetap di sanalah di kampung halamanku. Ciledug Tangerang.

Wish kali ini...
Ya Allah, Semoga dapat kembali lagi ke Bali dengan siapapun itu. Tapi kali ini harus naik pesawat ya Allah. ;-P



Tidak ada komentar:

Posting Komentar