BALI
Selalu ada
kesan tersendiri dari setiap tempat yang baru pertama kali di kunjungi.
Dulu saat
pertama kali melihat salju di Pulau Jeju Korea ada satu ‘wish’ yang saya
panjatkan kala salju turun, apa itu?.
Ya Allah, semoga suatu saat nanti saya bisa
melihat salju bersamanya
Terkabulkan?
TIDAK!!!
Kedua, saat
pertama kali ke dataran tinggi Dieng. Saya masih ingat bagaimana pertama
kalinya kami travelling tanpa ada persiapan, hanya bermodal satu tujuan
‘DIENG’. Tanpa tahu akses kesana naik apa dan tanpa tahu kami akan menginap
dimana. Alhamdulillah, Allah memudahkan segalanya. Dan sekali lagi, saya pun
memiliki wish.
Ya Allah, jika melihat salju sulit untuk
kedua kalinya, setidaknya semoga saya bisa kembali lagi ke tempat ini
bersamanya.
Terkabulkan?
Ehm... entahlah.
Ketiga, saat
pertama kali ke Bromo. Saya pun masih tetap memiliki wish, walaupun dia sudah
bersama yang lain #eaaa. Wish apa itu?
Ya Allah, mohon izikan saya untuk membawa
siapapun kemari.
Terkabulkan? YEAY!!! Finally... My dream come true...
And this is...
OUR TRIP OUR TRAVEL
Berawal dari di tunjuknya saya sebagai ketua panitia karyawisata kelas
12 maka semenjak itulah saya memiliki amanah demi terlaksananya kegiatan
tersebut.
Konflikpun diawali dari perbedaan tujuan wisata antar anak IPA IPS.
Dimana siswa IPA menginginkan ke Malang dan IPS ke Bali. Saya secara pribadi
pun sebenarnya menginginkan tujuan wisata anak-anak ke Malang Bromo dengan memikirkan
segala pertimbangan yang ada yaitu dari biaya, akomodasi serta kenyamanan
perjalanan. Namun bagaimanapun kembali keputusan tetaplah di forum yaitu Bali.
Di dalam benak saya, tidak ada yang istimewa dari Bali selain wisata
pantai dan bule yang bertelanjang dada menghampar di pesisir pantai bak ikan
asin. Namun di sisi lain dalam hati kecil saya juga menginginkan ke Bali karena
jujur saya sendiri belum pernah kesana.
Hari demi hari teror pun berdatangan. Dari jumlah peserta yang kian
lama kian menyusut, komplen orangtua yang bertubi-tubi hingga pihak sekolah
yang menentang kegiatan karyawisata yang tidak boleh berjalan apabila tunggakan
siswa tidak di lunasi. Kalau boleh menyerah rasanya saat itu saya ingin sekali
mengundurkan diri. Sakit, perih pedih semunya dirasakan. Pikiran campur aduk
hingga kewajiban saya mengajarpun sering terbengkalai. Bahkan ketika puncak
suatu masalah muncul tak jarang saya menyalahkan oranglain, rasanya ingin
teriak dan marah-marah di depan semua orang.
Tapi berkat segala doa dari bapak ibu wali kelas dan seluruh
kawan-kawan GM akhirnya H-3 segala permasalahan yang ada di permudah bahkan
kuota pesertapun akhirnya terpenuhi. Alhamdulillah Ya Allah, sujud syukur kala
itu. Permasalahan sampai situ? TIDAK!!! Bahkan masalah yang saya anggap sudah
selesai pun tiba-tiba muncul permasalahan kembali. Apa itu? OVER PESERTA!. Lagi-lagi
kami harus berputar otak untuk menjelaskan ke orangtua bahkan kamipun harus
menyelesaikan konflik 2 siswa yang berebut untuk 1 kursi karyawisata.
OK! Kita lupakan permasalahan tersebut. Saya akan kembali fokus kepada
kegiatan itu sendiri.
Perjalanan di awali dengan titik kumpul di SMA Hang Tuah pukul 06.00.
Satu hal yang tak pernah saya duga, jika biasanya ketika sekolah anak-anak
sering terlambat masuk sekolah. Kali ini? Standing
applause untuk anak-anak yang dapat hadir tepat waktu yaitu 06.00.
Namun hal ini justru terbalik kepada dua orang guru yang biasanya hadir
tepat waktu kini terlambat. Siapa? Saya. hehehehhehhe. Sehingga membuat jadwal
keberangkatan mundur 1 jam.
Dua hari perjalanan menuju ke Bali menyisakan pengalaman tersendiri
bagi kami. Berhenti setiap 3-5 jam sekali perjalanan, mandi di rest area,
terjebak macet dan yang paling seru. Yap menyebrangi selat Bali. Tiba di
penginapan di perkirakan pukul 02.00 dini hari. Namun ternyata waktu sampai 2
jam lebih cepat dari perkiraan yang membuat kami lebih cepat segera untuk
beristirahat.
Hari ke-3. Tujuan wisata kami yaitu Desa Panglipuran.
Bagi oranglain, tidak ada yang istimewa di desa ini. Bahkan saya sempat
mendengar selentingan bahwa berada di sini tak jauh beda berada di Taman Mini.
Hah! What ever lah kata mereka. Tapi
bagi saya desa ini adalah ikonik dari Bali itu sendiri yaitu desa yang masih
menjaga orisinalitas budaya Bali karena disini rumah-rumah nya masih banyak
yang berbentuk pura. Satu hal ketika pertama kalinya sampai Bali, yang membuat
saya cukup syok itu, arghhhhh... banyak sekali anjing berkeliaran. Huh!!!
Risih.
Karena letak Desa Panglipuran yang cukup jauh, untuk hari pertama ini
kami tidak terlalu banyak kunjungan wisata di Bali. Setelah dari Panglipuran
kami langsung menuju pusat oleh-oleh Cening Bagus dan dilanjutkan menonton
pertunjukan Tari Kecak. Malam harinya kami para guru-guru wanita mendapat
undangan dari salah satu murid yang bertempat tinggal di Bali yaitu Adiputra.
Hari ke-4. Wisata perairan.
Sampai hari ke empat saya masih belum menemukan apa yang menjadi daya
tarik Bali bagi wisatawan mancanegara. Bahkan saya sempat bertanya pada salah
satu tour guide yang asli Bali, namun tour Guide tersebut tidak memberikan
penjelasan yang signifikan. Sampai akhirnya saya sendirilah yang menemukan
jawaban itu.
Apa itu? Betul, destinasi wisata terbaik Bali adalah PANTAI. Kalian
tidak akan menemukan pantai indah di kota besar selain di Bali. Karena dari
semua pantai yang pernah saya kunjungi, untuk mendapatkan pemandangan pantai
yang indah harus menuju pelosok terlebih dahulu untuk mendapatkan pantai yang
tidak pernah terjamah oleh manusia. Sedangkan di Bali? Hampir semua pantainya
bersih dan berpasir putih. Dan dari semua pantai yang di kunjungi ada salah
satu pantai yang membuat saya jatuh hati di sana. Pantai Pandawa.
Untuk sampai ke pantai tersebut. Kita akan datang dari tebing tinggi yang
di sungguhkan pemandangan pantai yang masyallah indahnya... dan setiap kali
kita menuruni tebing tersebut akan terdapat patung besar Yudistira, Bima,
Arjuna, Nakula dan Sadewa yang apabila kita berdiri disana ukuran kita tidak
apa-apa. Mungkin kalau di ibaratkan patung itu sebesar bola voli maka ukuran
kita hanyalah sebesar kerikil.
Begitu sampai disana saya tidak berekspetasi tinggi terhadap pantai
tersebut selain ya ... air. Tapi begitu sampai disana. Masyallah... pasir putih
dimana-mana lalu berbatasan dengan samudra Hindia yang berwarna biru kehijauan.
Rasa nya tidak afdol kalau belum menceburkan diri disini. Namun beginilah Bali
masih terikat peraturan yang harus di taati. Salah satunya ketika berada di
Pandawa yaitu tidak semua orang boleh menceburkan diri ke laut terlebih khusus
kepada wanita-wanita yang sedang berhalangan. Karena menurut adat setempat
apabila wanita berhalangan menceburan diri kelaut. Maka laut akan berubah
menjadi pinnk ke merahan dan dapat menyebabkan banjir bandang. PERCAYA?
Hem...yang jelas satu hal yang kita pahami bahwa dimana kita berada salah satu
kewajiban kita adalah menghormati tuan rumah.
Hari ke-5. Perjalanan menuju Malang.
Sebelum meninggalakan Bali, kami masih berkesempatan mengunjungi salah
satu pantai yaitu Tanah Lot. Setelah itu perjalanan kembali di lanjutkan menuju
Malang. Capek? Lelah? Iya!!! Lagi-lagi kami harus hidup di dalam Bus. T_T
Hari ke-6. Malang.
Dini hari pukul 03.00 kami tiba di rumah makan Bromo asri Probolinggo.
Dan mobil ELF pun sudah siap menghantarkan kami menuju Bromo. Butuh waktu 2 jam
menuju BTS Nasional Park dari rumah makan. Dan sesampainya di sana. Jujur,
sebenarnya sedikit agak kecewa karena tempat dimana kami menikmati Sunrise
bukanlah tempat yang dulu saya kunjungi. Yang jauh-jauh-jauh lebih indah dari
yang ini. Ya tak apalah... tapi saya bersyukur ketika mendengar beberapa
selentingan anak-anak
“dari tempat yang uda gw kunjungi Cuma Bromo yang paling berkesan”
yes yes yes.
Rasanya berhasil menjadi ketua panitia. Saya masih ingat bagaimana
pesimisnya saya ketika saya gagal mendesak anak-anak menuju Malang di banding
keinginan mereka menuju Bali. Namun pada akhirnya setelah negosiasi dengan
pihak travel, akhirnya pihak travel memberikan kesempatan pada kami untuk
mengunjungi Bromo. Alhamdulillah.
Setelah dari Bromo kami melanjutkan ke Museum Angkut belanja oleh-oleh
di Brawijaya dan terakhir menginap di hotel.
Hari ke -7. Menuju Jogja.
Nothing special.
Hari ke-8. Jakarta i’m in love.
Tidak ada hal yang paling menyenangkan selain kembali ke rumah asal. Se macet dan semerawut apapun
Jakarta. Tetap di sanalah di kampung halamanku. Ciledug Tangerang.
Wish kali ini...
Ya Allah, Semoga dapat kembali lagi ke Bali dengan siapapun itu. Tapi
kali ini harus naik pesawat ya Allah. ;-P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar