24 September 2016
Maaf ibu, aku belum bisa
Ada sebuah kekhawatiran besar yang dirasakan oleh orangtua, taatkala putrinya
yang dirasa sudah terlalu berumur namun tak kunjung juga di lamar oleh seorang
pria. Saya yakin, tidak hanya orangtua namun seluruh putri yang ada di dunia
ini pun juga merasakan demikian. Hari ini, entah sudah berapa kali engkau
bertanya padaku dan selalu sama jawabanku.
Maaf ibu, aku belum bisa mewujudkan keinginanmu.
Aku tahu kekhawatiran mu sama khawatirnya dengan perasaanku. Ketika
engkau bertanya “sudah punya calon?” aku hanya terdiam. Karena memang seperti
itulah keadaanya, tidak ada. Mungkin prasangka negatif mu terhadap diriku yang
di masa lalu masih membanyangimu.
Ya, aku memang tidak punya pacar karena tidak memiliki teman laki-laki.
Bagiku, tidak memiliki pacar dan tidak memiliki teman laki-laki adalah dua hal
yang berbeda. Yang pertama prinsip dan yang kedua pilihan. Jangankan untuk
berpacaran bu. Untuk sekedar SMS/ WA saja aku ketakutannya minta ampun karena
Allah melarang itu. Walau sebenarnya dilubuk kecilku menginginkn itu..
Aku bukannya tidak memiliki teman laki-laki, bu. Teman laki-laki ku
cukup banyak. Hanya saja aku membatasi pergaulanku karena agamanya mengajarkan
seperti itu. Bagiku, mereka semua adalah teman-temanku. Dan aku tahu seluruh
temanku belum siap untuk ke jenjang seperti itu.
Pernah sekali kami (aku dan beberapa teman wanitaku) bertengkar dengan
salah satu teman laki-laki. Suatu ketika ia mengeluh tentang kehidupan
ekonominya di sebuah forum dan itu cukup membuat kami emosi. Aku tahu bagaimana
kondisi ekonominya dan aku pun juga tahu bagaimana usahanya. Bagaiman bisa,
ingin mendapatkan hasil luar biasa tapi usahanya biasa-biasa aja. Hingga pada
akhirnya ia berkata dengan perkataan yang cukup menusuk hati “laki-laki emang
ga mikir nabung buat masa depan. Lha kalo cewek ada yang ngempanin”. Emosi?
Iya!. Tapi kami lebih memilih untuk mengalah di banding harus mengadu
penderitaan. Yang sebenarnya tidak akan ada yang menang.
Setidaknya dari situ aku tahu. Wanita itu tidak baik memaksa untuk
menikah karena beban laki-laki itu cukup banyak. Menanggung diri sendiri, menanggung orang
tua dan menanggung adik perempuannya. Karena itu aku tidak akan pernah
menawarkan diriku hingga akhirnya “ia yang tak pernah ku tahu” akan datang
padaku dengan sendirinya.
Pilihanku hanya dua yaitu menawarkan atau menunggu. Dan yang aku pilih
adalah menunggu. Karena aku bukan Khadijah bu, yang baik akhlaknya menawarkan
pada seorang yang terbaik yang pernah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar