Minggu, 24 Juli 2016

KELUARGA BARU



23 Juli 2016

KELUARGA BARU

Ahlan wa sahlan ...
Masih teringat bagaimana setahun lalu saya mulai bergabung dalam keluarga besar SMA Hang Tuah 1 Jakarta. Bahkan masih terbayang saat pertama kali memperkenalkan diri dan saat itu pula pembully-an pertama saya. heheheheh.

“Perkenalkan nama saya Dian Wahyu Lestari. Insyallah setahun kedepan saya di amanahkan menjadi guru fisika”
“Nama panggilannya siapa?” celetuk salah satu guru.
“Ah iya pak. Saya biasa di panggil ibu Dian”
“halahhhh.... kok masih muda di panggil ibu?!!!. Belum merit kan?
HAHAHAHHAHAHAHA
@#@$%!@#%^ garuk-garuk kepala

Layaknya guru baru yang seharusnya di bimbing tentang wawasan wiyatamandala sekolah eh saya malah justru di kenalkan dengan semua guru dan karyawan yang masih single. Hehehehe cuma bisa senyum tak bermakna. Bingung! Harus bagaimana menanggapinya.

Ya itu setahun yang lalu. Dan kini alhamdulillah tambah 3 guru baru lagi. Ahlan wa sahlan...

Di dalam keluarga besar SMA Hang Tuah ada satu keluarga kecil lagi yaitu keluarga GMHT1 singkatan dari Guru Muda Hang Tuah 1. Entah siapa yang pertama kali memberi nama itu, walaupun agak kedengarannya sedikit allay tapi kalau di singkat cukup keren juga. GMHT1.

GMHT1 adalah sekumpulan guru-guru yang lahir ditahun 90-an. Setahun yang lalu bagi saya mereka hanyalah sekedar rekan kerja, yang bertemu disekolah untuk mewujudkan cita-cita sekolah. Di tambah lagi intensitas bertemu di sekolah cukup jarang. Selain hari mengajar saya yang terbatas, juga kondisi ruangan terpisah. Saya berada di ruang guru atas dan sebagian mereka berada diruang guru bawah. Jadi bisa di bayangkan bagaimana kurang pergaulan saya dengan mereka. Karena itu satu-satunya teman GMHT1 saya hanyalah bu enny. Sosok yang sudah seperti kembaran saya, memiliki masa lalu yang sama dan cita-cita yang sama.

Sampai pada akhirnya kami GMHT1 mengadakan perkumpulan kecil-kecilan dalam rangka syukuran ulang tahun si Seno lebih tepatnya maksa ditraktir ma Seno hehehhehe. Itu pertama kalinya saya bergabung full dengan GMHT1, mengenal GMHT, berbicara dan bercanda dengan GMHT. Dan sepertinya mereka agak sedikit kaget dengan saya. Mungkin di pandangan mereka saya adalah wanita berkerudung agak panjang dengan kepribadian tertutup, pendiam dan pemalu. Pengecualian untuk Bu Enny ya, kalau dia sedikit tahu tentagn saya, karena kebetulan kami satu ruangan. Namun ternyata saya ...

“Saat pertama kali karokean saya kaget ngeliat Bu Dian. Diem-diem ternyata .... hahahha” itulah komentar mereka.

Hahahahaha saya kalau sudah megang mic suka lose control. Maklum bawaan main dengan MAGENTA, kalau koarokean gilanya suka kumat. Makanya terbawa saat main dengan GMHT (padahal menurut saya masih wajar, kalau bersama Magenta beuhhhh ... tidak bisa dibayangkanlah). Ada satu yang membuat tidak wajar, iya saya baru sadar di GMHT ada ikhwannya. Hahahahaha makanya sebagian besar yang kaget adalah kaum mereka. Tapi saya sedikit bersyukur semenjak itu mereka jadi cukup terbuka dengan saya.

Kini bagi saya mereka bukan hanya sekedar rekan kerja yang berkutat dengan pekerjaan. Namun kini bagi saya mereka adalah keluarga baru yang bisa kerjasama dan bermain bersama.




#CatatanHatiSeorangGuru4

DULU, DULU, DULU dan DULU



17 Juli 2016

DULU, DULU, DULU dan DULU

Dulu... Alin pernah berkata “Orang pasti akan di uji dengan apa yang pernah dikatakannya”

Dulu... saya pernah ngeledekin si S gara-gara ia izin kepada orangtuanya untuk itikaf eh tidak tahunya malah karoekean. Dan sekarang justru terjadi dengan saya. Izin ma orangtua ikut pengajian eh tidak tahunya jalan-jalan keliling Jakarta. Wah berarti perkataan Alin benar. Tapi saya beneran ikut pengajian kok. Cuma karena suasana dan tempatnya tidak nyaman, saya kabur deh. Hehhehehe.

Dulu... waktu TK saya punya cita-cita bisa naik bus tingkat. Sampai akhirnya saya di kirim kekampung selama dua tahun dan ketika kembali ke Jakarta ternyata seluruh bus tingkat sudah di musnahkan. Pupus sudah cita-cita saya. Alhamdulillah walaupun namanya sudah berubah, pada akhirnya saya tetap bisa naik bus tingkat setelah 20 tahun lamanya. Andaikata abang penjual air itu tidak mengingatkan mungkin saya sudah lupa dengan cita-cita saya.
“Abang! Naik city tour bisa gak dari sana?”
“Hagh??? City tour???”
“Iya”
“Bus tingkat? Iya dari sana”
Ah~ bus tingkat, yup cita-cita terpendam di waktu kecil.

Dan
Dulu... saya pernah berencana belajar naik Commuter Line sendiri. Namun pada akhhirnya ada teman yang menemani. Jadi plonga plongonya tidak sendirian lah. Hehheheheh. Alhamdulillah. Terimakasih.




Selasa, 05 Juli 2016

KEHILANGAN



05 Juli 2016

Kita tidak pernah tahu,
Bagaimana hidayah itu datang
Dari siapa hidayah itu datang
Di mana hidayah itu datang
Mengapa hidayah itu datang
Dan dalam bentuk apa hidayah itu datang.

Hari ini, pertama kalinya selama Ramadhan yang sudah saya jalani selama 26 tahun, saya baru merasa bagaimana rasanya kehilangan Bulan Ramadhan. Hari raya Idul Fitri yang akan segera datang yang seharusnya menyenangkan namun serasa menyedihkan. Bukan karena jumlah keluarga yang tidak lengkap atau belum ada anggota keluarga yang melengkapi. Namun lebih dari keutamaan Ramadhan itu sendiri.

Andaikata setiap bulan adalah Bulan Ramadhan tentu tidak akan sedih ini. Ia akan datang setiap tahunnya, namun apakah saya akan ada di setiap tahunnya? Huallahualam. Semoga Allah masih mengizinkan saya untuk betemu dengannya.



Tidak ada yang spesial di tahun ini.
Sahabat yang selalu mengingatkan akan ibadah, kini sudah memiliki kewajiban utama.
Bahkan sahabat yang selalu ada setiap hari, kini serasa sulit dihubungi.
Atau mungkin justru saya yang mulai menghindari???
Menciptakan suasana baru dengan menyendiri?
Ah~ tidak tahu

Namun semua menjadi istimewa karena kehadirannya, ya itikaf.
Andaikata kala itu tidak ada keinginan itikaf, tentu akan lain ceritanya. Tidak akan ada yang namanya silahturahmi dan bahkan tidak akan ada rasa kalau Allah itu benar adanya dan benar janjinya.

Masih terbayang bagaimana terhanyut dalam suasananya bahkan aroma nasi padang pun masih tercium wanginya.
Rindu ... Rindu mengasingkan diri hanya untuk bermunajat bersama-Nya.
Rindu ... Diri ini rindu akan buka bersama, shalat fardu bersama, shalat tarawih bersama, shalat tahajud bersama, shalat witir bersama, sahur bersama dan shalat subuh bersama, seketika terbayar di hari itu juga.

11 bulan waktu yang cukup lama untuk menanti kehadirannya.
Ramadhan ... terimakasih untuk segalanya.
Terimakasih telah mengingatkan aku bukan siapa-siapa.
Dan terimakasih telah mengingatkan hanya Allah yang aku punya.

Ya Rabb ...
Sebaik-baiknya rencana adalah rencana yang Engkau buat.
Terimakasih sudah mengabulkan do’a ku saat itu juga.
Terimakasih sudah mengajarkan ku untuk tidak menyerah.
Terimakasih sudah mengingatkan ku hanya kepada Engkaulah tempat ku berharap.
Terimakasih sudah menunjukan jalan padaku yang lurus.
Dan terimakasih sudah membuatkan ku jalan cerita yang indah.

Minggu, 03 Juli 2016

JANJI ALLAH

03 Juli 2016

Kita baca sebentar ya...
Bismillahirahmanirahim


 Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. ( QS Muhammad 47:7)

Sedikit tafsir yang saya ambil dari  http://www.piss-ktb.com/2015/12/4595tafsir-qs-muhammad-ayat-7-maksud.html dari ayat di atas.

"Ayat ini merupakan perintah Allah kepada mukminin agar mereka menolong agama-Nya, berdakwah kepada-Nya, dan berjihad melawan musuh-musuh-Nya dengan mengharapkan keridhaan-Nya. Jika mereka melakukan hal itu, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan menolong mereka dan meneguhkan mereka, yakni menguatkan mereka dengan kesabaran , ketenangan, dan keteguhan serta membuat badan mereka dapat bersabar di atasnya serta menolong mereka terhadap musuh mereka. Ini adalah janji dari Allah Yang Maha Pemurah yang benar janji-Nya, bahwa barang siapa yang menolong agama-Nya baik dengan ucapan maupun perbuatan, maka Dia akan menolongnya, memudahkan sebab-sebab pertolongan, seperti keteguhan dsb."

Pertama kali mendengar ayat tersebut yaitu dari kajian yang di berikan oleh Ustad Felix yang membahas tentang pacaran.  Intinya kurang lebih seperti ini. Didalam islam tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Sebaik-baiknya dua orang yang saling mencintai adalah menikah. Jika belum mampu maka berpuasalah. Dan Allah sungguh melarang dua insan berkhalawat (berdua-duaan). Allah tidak mungkin mendzalimi umatnya. Apa yang di perintahkan, pasti baik untuk umatnya. Jika kamu menolong Agama Allah, pasti Allah akan menolongmu. Jadi makna menolong tidak terbatas pada jihad di medan perang tetapi menolong, menyelamatkan dan menegakan perintah Allah termasuk menolong agama Allah. Jika masih tidak mampu berdoalah. Karena doa adalah senjata terampuh umat muslim. Jika Allah saja, mengabulkan keinginan makhkluk yang paling di laknat yaitu setan untuk meminta di tangguhkan umurnya saja dikabulkan, maka kita yang sebagai makhluk yang patuh terhadap perintahnya tidak mungkin tidak akan di kabulkan.

Kalimat itu yang selalu saya tanamkan ketika berdoa atau sedang putus asa.

Ramadhan di tahun 2016. Saya pernah mendengar kajian dari Ustad Oemar mita. Beliau berkata sahabat Rasullah itu untuk menyambut bulan Ramadhan membutukan waktu 6 bulan sebelum bulan Ramadhan itu tiba. Karena mereka mengerti keutamaan Bulan Ramadahan yang tidak bisa dipersiapkan dalam waktu singkat tetapi harus di persiapan dalam waktu yang panjang. Masyallah. Berbeda dengan kita, kapan kita tahu Ramadhan itu akan datang? Ketika iklan sirup Marjan sudah mulai tampil di TV, iklan gajah duduk sudah mulai ada, Biskuit Kongguan sudah mulai muncul. Astagfirullah.

Tersadar tahun ini saya tidak mempersiapkan apa-apa untuk menyambut ramadhan selain hanya memiliki targetan agar lebih baik dari tahun sebelumnya bahkan targetannya tidak spesifik. Pernah suatu hari disekolah, berbicara dengan salah satu guru sekitar dua minggu dari awal puasa.
Bu Guru               : Bu Dian tilawahnya sudah sampai mana?
Dian                       : Surat Al Hujurat kalau tidak salah bu.
Bu Guru               : Wah, dikit lagi selesai dong
(dalam hati ‘wah si ibu hebat bisa nebak’)
Dian                       : hehhehe. Ibu sudah jus berapa?
Bu Guru               : Jus 2.
Dian                       : Wah berarti sudah khatam dong. Emang mau berapa kali khatam bu?
Bu Guru               : Tagetan saya si 5 kali Bu. Bu Dian sendiri mau berapa kali?
Dian                       : Saya mau sekali aja bu. Makanya saja kejar selama 2 minggu ini. Minggu ke 3 halangan. Minggu ke 4 pengen ngapalin surat ar rahman. Eh 2 minggu ini ga keburu. Ya sudahlah bu nanti saya mau kejar di minggu ke empat.
Bu Guru               : Wah bagus itu. Tapi sayang bu, kalo targetan cuma sekali. Kalau saya sih buat tagetan itu harus tinggi, masalah nanti tercapai atau enggak itu urusan belakangan. Apalagi di 10 malam terakhir, sayang kalau ga cari amalan lain.
Dian                       : ... (diam, berfikir)

Setelah mendengar ucapan Oemar Mitta dan perbincangan dengan si Ibu Guru, saya mencoba membuka targetan saya kembali. Saya ubah targetan tilawah dan menambahkan satu amalan yang belum pernah saya lakukan sebelumnya yaitu itikaf. Salah satu alasan yang membuat saya tidak memasukan agenda itikaf di setiap Ramdhan adalah terkait izin orangtua dan tidak pernah terbayangkan kegiatan apa saja yang dilakukan saat itikaf. Padahal memang sayanya saja yang tak pernah mencoba meminta izin kepada orangtua. Akhirnya tahun ini saya mencoba membuat gebrakan baru untuk melaksanakan itikaf.

Hari itu di puasa ke 21, saya mencoba menghubungi teman-teman saya untuk mengajak itikaf. Saya seleksi daftar teman-teman saya yang kira-kira masih bisa di ajak untuk itikaf. Karena jika saya ajak secara random, saya khawatir mereka akan takut dengan saya dan menjadi segan dengan saya. Karena dulu ketika kuliah saya memiliki teman yang seperti itu. Saya tahu, ajakannya adalah sebuah kebaikan tetapi di mata teman-teman lainya seperti ajakan “terselubung”. You know lah maksudnya terselubung bagaimana. Alhasil yang ada teman-teman justru menjauh darinya dan itu tidak saya inginkan apabila terjadi pada saya. Ya!!! Kalo kata Oemar mita saya belum menjadi seorang muslih (orang yang dapat mengingatkan kebenaran, meluruskan apa yang salah, dan tidak menjadikan hak yang bathil terhadap orang sekelilinganya)

Saya seleksi dari teman kerja, teman SMP, teman SMA, dan teman kuliah. Alhasil sedikit sekali teman yang bisa di ajak. Pernah ketika buka bersama teman kerja, belum saya ajak untuk beritikaf salah satu dari mereka bercerita
Si Z                         : Tau gak si S pernah izin ma bokapnya buat itikaf eh malah karokean
Semuanya               : Wah parah lu S!!!
Si S                         : Abis kalo ga gitu gw ga di izinin keluar ma bokap
Dian                       : Ya udah, kalo sekarang kita itikaf barengan mau gak? Nanti sekitar bulan awal Juli aja kan uda liburan tuh
Semuanya               : ... Hening seketika.
Dalam hati ‘Tu kan saya salah bicara’. Sepertinya saya memang harus selektif dah buat ngajak-ngajak teman.

Hah~ rasanya hari itu hari tersedih yang pernah ada. Saya baru sadar saya hanya memiliki teman sedikit yang bisa memberi syafaat di akhirat kelak. Dan itu sekaligus sebagai motivasi saya agar saya bisa memberi syafaat untuk mereka. Doakan ya teman-teman, walau saya masih tahap awal belajar. Semoga dimudahkan.

Alhamdulillah dapat satu teman kerja yang mau di ajak itikaf. Dari situ kami jadwalkan itikaf hari Jumat tanggal 01 Juni malam ke 27 di Masjid Baitul Ihsan komplek Bank Indonesia.

Tetapi jika itikaf hanya satu kali di bulan ramadhan, rasa sangat di sayangkan. Karena tahun depan, tidak ada yang menjaminkan saya apakah Ramadhan tahun depan saya akan bertemu kembali atau tidak. Saya mencoba hubungi teman SMA yaitu Si E, awalnya saya ingin mengajaknya itikaf di hari Rabu namun si E tidak bisa karena ia masih kerja dan rasa tidak akan terkejar menuju tempat kerjanya apabila E harus itikaf dari Kemanggisan menuju kawasan Tangerang. Namun si E setuju ketika saya ajak di hari Jumat karena hari Sabtu libur. Lalu saya mengajak si F, ternyata si F sudah memiliki jadwal itikaf dengan teman-temanya di Rabu, Jumat bahkan sampai Minggu. Subhanallah. Mungkin memang rezeki saya Ramadhan kali ini, hanya itikaf satu kali.

H-1, setelah sholat Subuh ada notifikasi dari WhatsApp saya. Ternyata si E memberi kabar bahwa ia tidak bisa ikut itikaf karena hari Sabtutetap masuk bekerja.  Ya mau bagaimana lagi, tidak bisa dipaksakan. Teman yang baik adalah teman yang mengerti apa yang dipriotaskan temannya. Lalu saya mencoba menghubungi teman kerja saya untuk memastikan dimana dan kapan kami akan kumpul.

Agak cukup lama teman kerja saya membalasnya. Dan saat pesan saya di balas, ternyata ia memberi kabar bahwa ia sedang berada di dokter karena sakit. Masyallah saya hanya bisa mendoakan agar ia lekas sembuh, sekaligus saya agak sedih ‘apakah saya tidak akan pergi itikaf?’. Sampai teman saya yang sakit ini berkali-kali meinta maaf karena tidak bisa menemani saya dan sampai mengkhawatirkan saya, apakah akan tetap pergi tau tidak. Padahal itu bukan kesalahannya. Siapa sih yang ingin sakit?. Saya yakin tidak ada orang yang menginginkan sakit.

Mencoba introspeksi diri, apa yang salah dengan diri ini sampai-sampai untuk melakukan kebaikan sulit sekali. Saya memulainya dengan sholat dhuha dan di lanjutkan dengan tilawah. Dan itu pertama kalinya saya tidak kuat membaca tilawah satu halaman karena saya membacanya tersendat-sedat akibat menangis sejadi-jadinya.
“Ya Allah, saya salah apa? Padahal saya tidak akan melakukan kemaksiatan tetapi kebaikan. Mengapa Engkau halangi???”
Drop, menangis, sedih semuanya jadi satu.

Entah mengapa tiba-tiba saya teringat perkataan Ustad Felix.
‘Jika kamu menolong agama Allah, insyallah Allah akan menolong mu’
Dari situ saya memohon ampun kepada Allah karena sudahh bersuudhzon (berburuk sangka) terhadap-Nya. Dan tiba-tiba saya teringat ada satu teman SMP saya yang kira-kira masih bisa diajak itikaf. Alhamdulilah ada satu pelajaran penting, ternyata ketika kita berbaik sangka kepada Allah insyallah ada jalan. Saya terus mencoba menyakinkan “janji Allah” dalam diri saya.
Ya Allah tolong aku
Ya Allah aku hanya ingin melakukan kebaikan
Ya Allah tolonglah aku
Bahkan saya sampai berani berkata
“Ya Allah aku menagih janji-Mu” (semoga Allah mengampuni saya karena berani menantangnya, AMIN)
Bismillah Bismillah Bismillah.
Allah pasti menolong.

Belum sempat menghubungi teman SMP saya tiba-tiba ada pesan dari teman SMA di WhasApp

ALLAHUAKBAR!!!
Saya masih menangis sejadi-jadinya. Ternyata Allah menepati janjinya. MALU MALU MALU!!! Saya masih meragukan janjinya. Semoga ini menjadi pelajaran untuk saya agar
Ketika saya sedih, ingatlah Allah.
Ketika tidak ada tempat bergantung, ingatlah Allah.
Ketika putus asa, ingatlah janji Allah.
Dan ketika berharap, maka mintalah kepada Allah.

Iyaa kanagbudu wa iyaa kanas tain.
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.
(QS Al Fatihan 1:5)