Sabtu, 25 Juni 2016

Selasa, 14 Juni 2016

Selasa, 14 Juni 2016

Andaikata diharuskan memilih hari terburuk selama mengajar, mungkin hari itu lah hari yang paling menyakitkan yang pernah ada. Lebih menyakitkan dibandingkan saat tangan saya memukul meja hingga berdarah hanya untuk mengatur siswa SMK. Ya!!! mereka siswa SMA yang selama ini selalu saya banggakan! entah mengapa hari itu menjadi rendah serendahnya.
Andaikata nilai ulangan yang mereka dapatkan memang benar usahanya, tentu akan membuat saya bahagia. Tapi entah mengapa perasaan mengatakan ada yang salah dengan semua ini. Maaf bukan bermaksud merendahkan atau meremehkan usaha mereka namun banyak siswa yang berkemampuan dibawah rata-rata, mendapatkan nilai hampir sempurna bahkan sempurna. Ingin mencoba mempercayai mereka namun rasa suudzon justru lebih mendominasi dengan fakta-fakta yang ada. Jangankan untuk mengingat cara pengerjaan 40 soal, untuk mengingat 5 soal pun saya yakin mereka kesulitan.

Spekulasi pun berkecamuk di dada. Ada kemungkinan mereka mengambil kunci jawaban yang ada di meja saya. Mencoba meluruskan tanpa menghakimi mereka, saya menuliskan pesan kepada mereka “ada yang ingin di sampaikan ke saya?”. Namun tak seorangpun menghadap saya. Sedih, kecewa, marah! Semua bercampur di dada. Hingga akhirnya saya kembali menuliskan pesan
“Terimakasih sudah belajar fisika dengan benar. Insyallah sudah tidak ada tagihan nilai tugas. Seandainya ada yang ingin disampaikan ke saya silakan SMS ke 08988******. JANGAN TEMUI SAYA YA. Terima kasih.”

Rasanya sudah mampu lagi melihat wajah tak bersalah mereka. Bagaimana mungkin satu angkatan tak seorangpun berani berkata jujur ke saya. Sampai suatu ketika saat pulang sekolah ada beberapa anak yang hendak bertemu dengan saya. Sepertinya anak tersebut hendak melaporkan kecurangan yang terjadi, namun karena perasaan saya sedang berantakan, sayapun menghindarinya. Hingga sayapun kecolongan tiba-tiba ada satu anak menghampiri saya yang membuat saya tak berkutik menghindarinya, ia menangis didepan saya. Jujur perasaan saya masih masih marah, masih tidak sanggup menatap wajah mereka walaupun saya tahu ia tak mungkin melakukannya. Darinya saya tahu ternyata semua berawal dari penjual jasa fotokopian. Entahlah apa yang difotokopi, entah soal entah kunci jawaban.  

Hari itu perasaan saya terasa terinjak-injak. Mencoba menguatkan hati namun nyatanya tak bisa.
Andaikata mereka tahu bagaimana perjuangan saya membuat soal, mungkinkah mereka akan seperti ini?

Dimata orang, mungkin saya tampak seperti workaholic. Bekerja di dua institusi resmi, dua bimbingan belajar dan belum lagi weekendpun saya tetap harus bekerja. Lelah? Pasti lelah!. Kejar setoran? Tidak juga!. Andaikata saya bisa berhenti, saya pasti memilih berhenti. Namun saya masih belum menemukan alasan kuat untuk berhenti. Ada yang bisa bantu saya?

Mengatur dua jadwal di dua sekolah cukup menguras tenaga dan puncaknya selalu saat ujian tengah semester ataupun ujian semester siswa. Pernah suatu ketika badan drop se derop drop nya karena begadang untuk membuat kisi-kisi soal, kartu soal dan soal ulangan untuk 5 mata pelajaran. Ingin istirahat di rumah namun kewajiban di sekolah yang memaksa saya untuk tetap bekerja. Masih teringat bagaimana lemahnya saya di depan anak-anak. Jangankan untuk menulis dipapantulis, untuk berdiri selama tiga puluh detik saja saya tidak mampu. Alhamdulillah, anak-anak mengerti keadaan saya dan akhirnya mereka membantu menuliskan soal dan tetap mengerjakan soal tanpa saya awasi.
Saat itu saya bersyukur sekali memiliki anak-anak yang patuh terhadap perintah gurunya. Bukan hanya itu, pernah suatu ketika mereka berkata perkataan kasar dan terdengar di telinga saya. Hingga saya membuat peraturan ‘satu perkataan kasar di denda 1000’. Dan amazingnya mereka konsisten dengan peraturan tersebut hingga tahun ajaran berakhir. Senang rasanya memiliki murid-murid seperti mereka. Tidak masalah, tidak mengerti pelajaran! Asalnya akhlak dan mental kemauan belajar ada, sudah cukup.


Tak sepatutnya saya menyalahkan mereka, mungkin ini juga PR saya untuk membentuk mental jujur mereka.



#CatatanHatiSeorangGuru2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar