Selasa, 14 Juni 2016
Andaikata diharuskan memilih hari terburuk selama mengajar,
mungkin hari itu lah hari yang paling menyakitkan yang pernah ada. Lebih
menyakitkan dibandingkan saat tangan saya memukul meja hingga berdarah hanya
untuk mengatur siswa SMK. Ya!!! mereka siswa SMA yang selama ini selalu saya
banggakan! entah mengapa hari itu menjadi rendah serendahnya.
Andaikata nilai ulangan yang mereka dapatkan memang benar
usahanya, tentu akan membuat saya bahagia. Tapi entah mengapa perasaan
mengatakan ada yang salah dengan semua ini. Maaf bukan bermaksud merendahkan
atau meremehkan usaha mereka namun banyak siswa yang berkemampuan dibawah
rata-rata, mendapatkan nilai hampir sempurna bahkan sempurna. Ingin mencoba
mempercayai mereka namun rasa suudzon justru lebih mendominasi dengan
fakta-fakta yang ada. Jangankan untuk mengingat cara pengerjaan 40 soal, untuk
mengingat 5 soal pun saya yakin mereka kesulitan.
Spekulasi pun berkecamuk di dada. Ada kemungkinan mereka
mengambil kunci jawaban yang ada di meja saya. Mencoba meluruskan tanpa
menghakimi mereka, saya menuliskan pesan kepada mereka “ada yang ingin di
sampaikan ke saya?”. Namun tak seorangpun menghadap saya. Sedih, kecewa, marah!
Semua bercampur di dada. Hingga akhirnya saya kembali menuliskan pesan
“Terimakasih sudah belajar fisika dengan benar. Insyallah
sudah tidak ada tagihan nilai tugas. Seandainya ada yang ingin disampaikan ke
saya silakan SMS ke 08988******. JANGAN TEMUI SAYA YA. Terima kasih.”
Rasanya sudah mampu lagi melihat wajah tak bersalah mereka.
Bagaimana mungkin satu angkatan tak seorangpun berani berkata jujur ke saya.
Sampai suatu ketika saat pulang sekolah ada beberapa anak yang hendak bertemu
dengan saya. Sepertinya anak tersebut hendak melaporkan kecurangan yang
terjadi, namun karena perasaan saya sedang berantakan, sayapun menghindarinya.
Hingga sayapun kecolongan tiba-tiba ada satu anak menghampiri saya yang membuat
saya tak berkutik menghindarinya, ia menangis didepan saya. Jujur perasaan saya
masih masih marah, masih tidak sanggup menatap wajah mereka walaupun saya tahu
ia tak mungkin melakukannya. Darinya saya tahu ternyata semua berawal dari
penjual jasa fotokopian. Entahlah apa yang difotokopi, entah soal entah kunci
jawaban.
Hari itu perasaan saya terasa terinjak-injak. Mencoba
menguatkan hati namun nyatanya tak bisa.
Andaikata mereka tahu bagaimana perjuangan saya membuat
soal, mungkinkah mereka akan seperti ini?
Dimata orang, mungkin saya tampak seperti workaholic.
Bekerja di dua institusi resmi, dua bimbingan belajar dan belum lagi weekendpun
saya tetap harus bekerja. Lelah? Pasti lelah!. Kejar setoran? Tidak juga!. Andaikata
saya bisa berhenti, saya pasti memilih berhenti. Namun saya masih belum
menemukan alasan kuat untuk berhenti. Ada yang bisa bantu saya?
Mengatur dua jadwal di dua sekolah cukup menguras tenaga dan
puncaknya selalu saat ujian tengah semester ataupun ujian semester siswa.
Pernah suatu ketika badan drop se derop drop nya karena begadang untuk membuat
kisi-kisi soal, kartu soal dan soal ulangan untuk 5 mata pelajaran. Ingin
istirahat di rumah namun kewajiban di sekolah yang memaksa saya untuk tetap bekerja.
Masih teringat bagaimana lemahnya saya di depan anak-anak. Jangankan untuk
menulis dipapantulis, untuk berdiri selama tiga puluh detik saja saya tidak
mampu. Alhamdulillah, anak-anak mengerti keadaan saya dan akhirnya mereka
membantu menuliskan soal dan tetap mengerjakan soal tanpa saya awasi.
Saat itu saya bersyukur sekali memiliki anak-anak yang patuh
terhadap perintah gurunya. Bukan hanya itu, pernah suatu ketika mereka berkata
perkataan kasar dan terdengar di telinga saya. Hingga saya membuat peraturan
‘satu perkataan kasar di denda 1000’. Dan amazingnya mereka konsisten dengan
peraturan tersebut hingga tahun ajaran berakhir. Senang rasanya memiliki
murid-murid seperti mereka. Tidak masalah, tidak mengerti pelajaran! Asalnya
akhlak dan mental kemauan belajar ada, sudah cukup.
Tak sepatutnya saya
menyalahkan mereka, mungkin ini juga PR saya untuk membentuk mental jujur
mereka.
#CatatanHatiSeorangGuru2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar