25 Februari 2017
#JanganLupaBahagia
Sejak pertama kali di amanahkan untuk mengajar kelas 12 IPA di awal
pelajaran sudah ber azzam, angkatan 2017 harus lulus UN dengan predikat C.
Alhamdulillah, tahun ini Allah memudahkan. Ternyata UN 2017 ini, siswa di beri
kebebasan untuk memilih mata pelajaran jurusan yang siswa rasa paling mudah
untuk dikerjakan yaitu antara fisika, kimia dan biologi. Ya! Walaupun tanpa
melihat hasil kuesioner, saya pun sudah bisa menebak siswa akan cenderung
memilih pelajaran apa. Bahkan saya sudah pesimis siswa tidak akan ada yang
memilih fisika. Secara fisika sulit gitu loh... kalaupun memang ada yang milih
paling satu atau dua siswa yang akan memilih fisika.
Dan setelah hasil kuesioner di sebar, fakta mengejutkan! Ternyata yang
memilih fisika ada sekitar 16 dari 90 siswa IPA walaupun tetap fisika ada di
urutan ketiga setelah yang pertama biologi dan kedua kimia. Bagi saya itu
adalah sesuatu yang cukup mengejutkan untuk ukuran sekolah swasta, ada lebih
dari 10 siswa yang memilih fisika di bandingkan sekolah swasta yang lain. Di
sekolah lain paling banyak yang memilih fisika itu 5 orang bahkan ada satu
sekolah yang tidak memilih fisika sama sekali. Wah sepertinya ini akan menjadi
amanah tersendiri bagi saya.
Dari dalam hati sebenarnya antara senang dan sedih. Yang membuat agak
sedih itu, siswa-siswa yang menurut saya sangat mampu di fisika ternyata tidak
menjatuhkan pilihan UN nya fisika. Ya bagaimanapun saya harus memahami dengan
pilihan yang sudah mereka buat. Tugas saya saat ini yaitu bagaimana membuat 16
siswa ini mampu dan percaya diri mengerjakan soal fisika.
Akhirnya saya buatlah grand desain saya kiat-kiat agar siswa bisa
fisika. Dari apalan rumus hingga belajar di masjid dan belajar di luar
lingkungan sekolah. Mengapa saya buat semacam ini? Karena banyak sekali siswa
yang meminta saya untuk menjadi guru privatnya. Alasan saya menolak, bukan
karena saya guru sekolah mereka tetapi lebih karena jam kerja saya yang sudah
overload di banding karyawan bank yang lembur. Jika karyawan bank masuk jam 9
pulang jam 8 malem dari senin sampai jumat. Saya bisa masuk jam 6 pulang jam 8
malem dari senin sampai minggu. Dan rasanya sudah tidak mungkin untuk memegang
siswa privatan.
Akhirnya saya buatlah kelompok belajar siswa-siswa yang memilih fisika
dengan persyaratan “jujur saya sebenarnya tidak bermaksud menolak kalian yang
ingin privat karena saya memang tidak ada waktu. Daripada privat yang terkesan
egois lebih baik kita kumpul sama-sama, berjuang sama-sama dan maju sama-sama,
kita buat belajar bersama. Cuma saya minta, saya itu tidak bisa meluangkan
waktu untuk kalian. Jadi saya minta kalian yang sedikit berkorban untuk
meluangkan waktu untuk saya. Ketika saya bilang saya ada waktu kosong, saya
minta kalian menyampingkan segala keperluan kalian demi UN kalian.”
Dan mereka setuju dengan syarat yang saya ajukan. Pertemuan pertama,
saya optimis karena mereka sudah berjanji pada saya. Namun faktanya, ketika
saya sampai di masjid belum satupun siswa yang hadir. Sampai akhirnya saya
berkoar-koar di grup dan memanggil siswa satu persatu yang masih bermain di
lapangan. Dan yang belajar tidak sampai 10 orang.
Pertemuan kedua, jauh lebih parah semakin sedikit saja yang belajar.
Pertemuan ketiga. Semakin pesimis, akhirnya saya hanya mempersiapkan
hanya 8 soal itupun sudah saya anggap cukup banyak. Tapi hari itu sungguh
mengejutkan. Begitu bel pelajaran sekolah selesai ternyata siswa sudah ada yang
menjemput saya dan di masjid sudah siap sekitar 20 siswa siap ikut belajar.
Alhamdulillah semakin banyak siswa yang samakin sadar akan kebutuhannya.
#CatatanHatiSeorangGuru12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar