Sabtu, 04 Maret 2017

#JanganLupaBahagia



25 Februari 2017

#JanganLupaBahagia

Sejak pertama kali di amanahkan untuk mengajar kelas 12 IPA di awal pelajaran sudah ber azzam, angkatan 2017 harus lulus UN dengan predikat C. Alhamdulillah, tahun ini Allah memudahkan. Ternyata UN 2017 ini, siswa di beri kebebasan untuk memilih mata pelajaran jurusan yang siswa rasa paling mudah untuk dikerjakan yaitu antara fisika, kimia dan biologi. Ya! Walaupun tanpa melihat hasil kuesioner, saya pun sudah bisa menebak siswa akan cenderung memilih pelajaran apa. Bahkan saya sudah pesimis siswa tidak akan ada yang memilih fisika. Secara fisika sulit gitu loh... kalaupun memang ada yang milih paling satu atau dua siswa yang akan memilih fisika.

Dan setelah hasil kuesioner di sebar, fakta mengejutkan! Ternyata yang memilih fisika ada sekitar 16 dari 90 siswa IPA walaupun tetap fisika ada di urutan ketiga setelah yang pertama biologi dan kedua kimia. Bagi saya itu adalah sesuatu yang cukup mengejutkan untuk ukuran sekolah swasta, ada lebih dari 10 siswa yang memilih fisika di bandingkan sekolah swasta yang lain. Di sekolah lain paling banyak yang memilih fisika itu 5 orang bahkan ada satu sekolah yang tidak memilih fisika sama sekali. Wah sepertinya ini akan menjadi amanah tersendiri bagi saya.

Dari dalam hati sebenarnya antara senang dan sedih. Yang membuat agak sedih itu, siswa-siswa yang menurut saya sangat mampu di fisika ternyata tidak menjatuhkan pilihan UN nya fisika. Ya bagaimanapun saya harus memahami dengan pilihan yang sudah mereka buat. Tugas saya saat ini yaitu bagaimana membuat 16 siswa ini mampu dan percaya diri mengerjakan soal fisika.

Akhirnya saya buatlah grand desain saya kiat-kiat agar siswa bisa fisika. Dari apalan rumus hingga belajar di masjid dan belajar di luar lingkungan sekolah. Mengapa saya buat semacam ini? Karena banyak sekali siswa yang meminta saya untuk menjadi guru privatnya. Alasan saya menolak, bukan karena saya guru sekolah mereka tetapi lebih karena jam kerja saya yang sudah overload di banding karyawan bank yang lembur. Jika karyawan bank masuk jam 9 pulang jam 8 malem dari senin sampai jumat. Saya bisa masuk jam 6 pulang jam 8 malem dari senin sampai minggu. Dan rasanya sudah tidak mungkin untuk memegang siswa privatan.

Akhirnya saya buatlah kelompok belajar siswa-siswa yang memilih fisika dengan persyaratan “jujur saya sebenarnya tidak bermaksud menolak kalian yang ingin privat karena saya memang tidak ada waktu. Daripada privat yang terkesan egois lebih baik kita kumpul sama-sama, berjuang sama-sama dan maju sama-sama, kita buat belajar bersama. Cuma saya minta, saya itu tidak bisa meluangkan waktu untuk kalian. Jadi saya minta kalian yang sedikit berkorban untuk meluangkan waktu untuk saya. Ketika saya bilang saya ada waktu kosong, saya minta kalian menyampingkan segala keperluan kalian demi UN kalian.”

Dan mereka setuju dengan syarat yang saya ajukan. Pertemuan pertama, saya optimis karena mereka sudah berjanji pada saya. Namun faktanya, ketika saya sampai di masjid belum satupun siswa yang hadir. Sampai akhirnya saya berkoar-koar di grup dan memanggil siswa satu persatu yang masih bermain di lapangan. Dan yang belajar tidak sampai 10 orang.

Pertemuan kedua, jauh lebih parah semakin sedikit saja yang belajar.

Pertemuan ketiga. Semakin pesimis, akhirnya saya hanya mempersiapkan hanya 8 soal itupun sudah saya anggap cukup banyak. Tapi hari itu sungguh mengejutkan. Begitu bel pelajaran sekolah selesai ternyata siswa sudah ada yang menjemput saya dan di masjid sudah siap sekitar 20 siswa siap ikut belajar. Alhamdulillah semakin banyak siswa yang samakin sadar akan kebutuhannya.

Hah~ ternyata bahagia itu sederhana, melihat siswa semangat belajar pun bisa membuat bahagia. #JanganLupaBahagia 


#CatatanHatiSeorangGuru12
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar