02 Januari 2016
Ta’aruf
Beberapa hari lalu secara tidak sengaja mendengarkan suatu kajian yang
bertemakan ta’aruf. Biasanya setiap kajian yang bertemakan ta’aruf selalu
membahas proses dan tata cara ta’aruf yang sesuai syariat, namun kajian kali
ini temanya adalah simulasi ta’aruf pas nazhor. Hahahahaha. Entah bagaimana
ceritanya bisa pas begitu dengan kondisi saat ini. Ya, ini sudah ke berapa
kalinya saya selalu menolak hanya untuk nazhor dengan berbagai alasan yang tak
masuk akal. Dari alasan yang tidak terbayang bertemu dengan orang yang sama
sekali tak dikenal, lalu tidak terbayang
harus berbicara apa nanti saat bertemu sampai alasan takut baper-baperan (baik
saya yang baper atau lawan yang baper, takut ada yang tersakiti). Ga enak!!!
kalo yang namanya baper cuma sebelah tangan.
Dalam kajian tersebut, setiap pesertanya sudah menyiapkan CV
masing-masing. Ya siapa tahu bisa ketemu disitu hahahhahah. Lalu diambil salah
satu CV dari pihak ikhwan dan akhwatnya untuk di jadikan bahan simulasi. Karena
sifatnya simulasi, karena itu ikhwan dan akhwatnya tidak di pertemukan secara
tatap muka, lagi-lagi karena sifatnya simulasi ya...
Dari simulasi yang dilakukan ada dua hal yang dapat saya tangkap yaitu
:
Pertama, ternyata CV itu yang ngebantu untuk memulai obrolan dan
mencairkan suasana. Wahhhh, ternyata nazhor itu tidak semenakutkan dari apa
yang saya bayangkan.
Kedua, pentingnya memilih mediator. Saya bener-bener paham, mengapa
memilih mediator itu harus orang yang sudah menikah. Jangan sampai kisah Salman
Al Farisi terulang di proses tersebut. (Wahh sakitnya tuh bisa di sini). Selain
sudah menikah, ya baiknya mediator tersebut juga harus paham ma perannya. Kalau
dari simulasi tersebut sih, mungkin ustadnya gemes ma ikhwannya karena terkesan
pasif akhirnya si ustad yang mengambil alih beberapa pertanyaan ke akhwatnya.
Kalau saya jadi akhwatnya, mungkin saya bakal tertarik ma ustadnya hahahhahaha.
Tapi kalau kita tahu ustadnya sudah menikah, jadi mikir-mikir lagi kan buat
tertarik ma ustadnya. Hahhahahaha.
Pernah pengalaman juga, ceritanya mau nyomblangin temen walaupun ga
pakai CV-CV an. Intinyaa sih gemes ma dua orang ini. Dari pihak perempuan sih
mau dan dari pihak laki-lakinya walaupun saya tidak pernah menanyakan langsung
dari gelagatnya sih mau. Akhirnya saya yang mencoba berperan aktif. Nah ending
nya, ada dari pihak luar yang tiba-tiba bilang ke saya ‘kayaknya dia maunya ma
dian deh’. Wak waw!!! Salah jalur ini. Langsung saja saya cut dadakan, semenjak
itu saya kapok jadi mediator, ga lagi-lagi deh.
Harapannya setelah mendengar kajian ini, semoga dwL uda berani buat
nazhor. Hehehheheh. Aminn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar